Pasok Baja Otomotif Dorong Saham PGAS Juarai Nilai Transaksi, Ini Prospeknya

Bareksa • 10 Aug 2018

an image
Komisaris Utama Perusahaan Gas Negara (PGN) IGN Wiratmaja Puja (kiri) bersama Komisaris Independen Paiman Raharjo (kedua kiri), Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim (kanan) dan Pejabat lama Komisaris Utama PGN Fajar Harry Sampurno (kedua kanan) berbincang usai melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018 di Jakarta. ANTARA FOTO

PGAS memasok kebutuhan gas untuk industri baja dan otomotif PT Krakatau Nippon Steel Sumikin

Bareksa.com - Harga saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk (PGAS) pada perdagangan Kamis 9 Agustus 2018, ditutup melonjak 4,81 persen dengan berakhir di level Rp1.960 per saham. Saham PGAS bergerak atraktif pada perdagangan kemarin dengan menjuarai nilai transaksi perdagangan terbesar mencapai Rp547,61 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham PGAS pada perdagangan kemarin antara lain Deutshce Sekuritas (DB) dengan nilai pembelian Rp65,02 miliar, kemudian Maybank Kim EngSekuritas (ZP) Rp53,26 miliar, dan Mirae Asset Sekuritas (YP) Rp45,35 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham PGAS secara keseluruhan yaitu sebesar 11,87 persen, 9,73 persen, dan 8,28 persen.

Pasok Gas untuk Industri Baja dan Otomotif

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memasok kebutuhan gas pabrik baja untuk otomotif galvanizing, annealing and processing line (GAPL) milik PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) di Cilegon, Banten.

‎Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, menuturkan PGAS ditetapkan sebagai pemenang tender penyaluran gas, untuk keperluan produksi pabrik GAPL milik KNSS pada 15 April 2016.  Produk baja yang dihasilkan pabrik KNSS senilai US$300 juta tersebut akan digunakan untuk memasok kebutuhan industri otomotif nasional.

"Sesuai dengan permintaan pelanggan, PGN berhasil menyelesaikan pembangunan infrastruktur pipa gas distribusi menuju pabrik, sehingga bisa melakukan gas in tepat waktu pada  1 Februari 2017," kata Rachmat, di Jakarta, Rabu (8/8/2018) seperti dilansir dari Liputan6.com.

Rachmat mengungkapkan, PGN berpotensi menyalurkan gas sebanyak 1,32 juta m3 per bulan. Ini seiring dengan meningkatnya permintaan industri otomotif akan cold rolled steel (CR), galvannealed steel (GA), dan hot dip galvanized steel (GI) yang mampu diproduksi pabrik tersebut.

Setelah melakukan uji coba produksi selama setahun lebih, pada 7 Agustus 2018, KNSS melakukan pembukaan pabrik.‎ Dengan beroperasinya pabrik ini, diharapkan industri otomotif yang ada di Indonesia yaitu Toyota, Suzuki, Nissan, Daihatsu, dan lain-lain dapat mengalihkan bahan baku yang tadinya impor kini bisa membeli dari KNSS.

"Sehingga PGN dapat mendukung KNSS berkontribusi meningkatkan perekonomian dalam negeri," tutur Rachmat.

Analisis Teknikal Saham PGAS


Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham PGAS pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan short upper shadow menggambarkan saham ini bergerak positif namun sempat sedikit tertahan karena aksi profit taking di tengah kondisi IHSG yang terkoreksi.

Volume menunjukkan lonjakan signifikanmenandakan saham ini banyak diburu oleh para pelaku pasar sehingga mendorong harganya naik. Apabila dilihat dari trennya, dalam jangka pendek PGAS tengah mencoba untuk membangun fase uptrend-nya setelah terbentuknya minor double bottom.

Selain itu, pada perdagangan kemarin saham PGAS terlihat berhasil break MA 60 yang menandakan adanya potensi uptrend dalam jangka menengah.

Kemudian indikator relative strength index (RSI) terlihat masih konsisten bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang kuat dengan target terdekat di resisten pada level Rp2.090.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.