Pendapatan dan Laba di Semester I 2018 Melonjak, Berapa Valuasi Saham ASII?

Bareksa • 27 Jul 2018

an image
Menteri Komunikasi & Informasi RI Rudiantara (kedua kiri) bersama Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto (kedua kanan), Chief Executive Officer & Founder Go-Jek Nadiem Makarim (kiri) dan President & Co-Founder Go-Jek Andre Soelistyo berswafoto seusai konferensi pers kerjasama Astra dan Go-Jek di Jakarta (12/2). (Dok. Astra)

Astra membukukan pendapatan dan laba masing-masing melonjak 15 persen dan 11 persen di semester I 2018

Bareksa.com - PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan kinerja cukup baik di sepanjang semester I 2018. Pada periode tersebut, ASII berhasil membukukan pendapatan bersih Rp112,5 triliun. Nilai pendapatan itu naik 15 persen dibandingkan dengan semester I 2017 yakni Rp98,03 triliun.

Senada, laba bersih perusahaan yang memiliki 7 segmen usaha di sepanjang semester I 2018 ini mencapai Rp10,38 triliun. Laba tersebut naik 11 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 9,34 triliun.

Laba bersih ASII meningkat pada semester pertama 2018, terutama disebabkan peningkatan kontribusi dari bisnis alat berat dan pertambangan, serta grup jasa keuangan. Pertumbuhan kinerja di segmen itu melampaui pelemahan kontribusi dari kegiatan operasional agribisnis dan infrastruktur ASII.

Kontribusi Segmen Bisnis terhadap Laba Bersih Astra


Sumber: Astra

Pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra selama periode semester I 2018 meningkat 15 persen menjadi Rp112,6 triliun, dengan peningkatan pendapatan terutama dari bisnis alat berat dan pertambangan. Laba bersih Grup ASII mencapai Rp10,4 triliun, atau meningkat 11 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Nilai aset bersih per saham Grup Astra tercatat Rp3.155 pada 30 Juni 2018, atau 3 persen lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya.

Utang bersih, di luar grup anak perusahaan jasa keuangan mencapai Rp6,6 triliun dibandingkan dengan nilai kas bersih Rp2,7 triliun pada 31 Desember 2017. Hal ini disebabkan oleh investasi perseroan pada bisnis jalan tol dan GO-JEK serta belanja modal pada bisnis kontraktor penambangan.

Anak perusahaan Grup Astra di segmen jasa keuangan mencatat utang bersih Rp47,9 triliun, dibandingkan Rp46,1 triliun pada akhir 2017.

“Kinerja Grup Astra hingga akhir tahun 2018 diperkirakan cukup baik, didukung dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan harga batu bara yang stabil, walaupun persaingan di pasar mobil dan melemahnya harga minyak kelapa sawit menjadi perhatian.” Ujar Prijono Sugiarto, Presiden Direktur ASII.

Valuasi Saham ASII

Menurut analisis Bareksa, untuk menghitung harga wajar dengan metode sederhana yakni relative valution berbasis price to earning ratio,maka diperlukan EPS yang disetahunkan serta rata-rata PER dalam waktu yang diinginkan (3-5 tahun).

Adapun untuk menghitung EPS disetahunkan dapat dicari dengan cara (EPS Juni 2018 – EPS Juni 2017 + EPS Desember 2017).

Alhasil proyeksi laba per saham (EPS) saham ASII hingga akhir 2018 yakni sebesar Rp492, yang diperoleh dengan cara (Rp257 – Rp231 + Rp466).

Kalkulasi EPS ASII


Sumber: Laporan Keuangan, diolah Bareksa

Kemudian untuk menghitung rata-rata price earning ratio (PER),dapat dicari dengan menjumlahkan PER dalam kurun waktu yang diinginkan kemudian dibagi dengan jumlah periode tersebut

Dalam mengalkulasi valuasi saham ASII ini, digunakan PER dalam waktu tiga tahun dengan rata-rata yang diperoleh berada di level 18,9 kali.

Kalkulasi PER Saham ASII


Sumber: Laporan Keuangan, diolah Bareksa

Alhasil harga wajar saham ASII untuk tahun 2018 dengan metode relative valution berbasis PER diperoleh harga Rp9.300 {Rp 492 x (18,9)}.

Apabila dibandingkan dengan penutupan harga saham ASII pada perdagangan kemarin yang berada di level Rp6.675, maka saham ASII masih memiliki upside potential sekitar 39,33 persen.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.