Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 24 Juli 2018 :
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tengah memproses penerbitan kontrak investasi kolektif - efek beragun aset (KIK EBA) senilai maksimal Rp4 triliun. Produk tersebut merupakan sekuritisasi pendapatan dari rute penerbangan Jakarta - Jeddah dan Jakarta - Madinah.
Perseroan saat ini sedang memasuki tahap bookbuilding penerbitan KIK EBA. Langkah penerbitan instrumen keuangan tersebut merupakan cara untuk mendiversifikasi pendanaan.
Garuda Indonesia memilih jalur Timur Tengah karena pendapatan dari penerbangan di kawasan tersebut cukup solid. Perseroan ingin memberikan kepastian kepada investor sehingga rute tesebut dipilih menjadi underlying KIK-EBA.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA)
PT Ciputra Development Tbk (CTRA), membukukan pendapatan pra penjualan (marketing sales) Rp3,3 triliun sepanjang semester I 2018. Perolehan tersebut mencerminkan 43 persen dari target marketing sales tahun ini Rp7,72 triliun.
Sepanjang kuartal I 2018, Ciputra telah memperoleh marketing sales Rp1,69 triliun. Secara tahun ke tahun (year on year/YoY), marketing sales perseroan semester I 2018 tumbuh 12 persen, dibandingkan perolehan semester I tahun lalu Rp2,95 triliun.
Meskipun marketing sales perseroan pada semeseter I tahun ini naik 12 persen, Ciputra hanya menargetkan pertumbuhan marketing sales secara tahunan sebesar 1,1 persen yakni Rp7,72 triliun dibandingkan perolehan sepanjang tahun lalu Rp7,64 triliun.
Bank Indonesia (BI)
Bank Indonesia (BI) mulai mengaktifkan kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 dan 12 bulan. SBI diterbitkan sebagai instrumen untuk menarik dana asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Hasilnya, dalam lelang perdana reaktivasi tersebut likuiditas yang terserap mencapai Rp5,97 triliun.
Penawaran yang masuk dalam lelang tersebut mencapai Rp7,88 triliun untuk SBI tenor 9 bulan dan Rp6,35 triliun untuk SBI bertenor 12 bulan. Namun, dari jumlah penawaran tersebut yang dieksekusi adalah Rp4,18 triliun untuk SBI 9 bulan dan Rp1,79 triliun SBI 12 bulan.
Kisaran bunga yang diminta oleh peserta lelang berkisar antara 5,5 - 7,25 persen untuk SBI 9 bulan dan 6-7,5 persen untuk SBI 12 bulan. Namun, BI menetapkan bunga 6,25 persen untuk SBI 9 bulan dan 6,35 persen untuk SBI 12 bulan.
Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan optimistis target penerimaan dari dividen badan usaha milik negara (BUMN) tahun ini Rp45 triliun akan terpenuhi. Selama semester I 2018, penerimaan negara dari dividen BUMN meningkat 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Keyakinan pemerintah mencapai target tersebut sesuai dengan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan audit laporan keuangan yang telah dilakukan BUMN. Kementerian Keuangan menilai bahwa hanya masalah timetable kapan BUMN akan memenuhi kewajiban tersebut.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum)
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menjelaskan bank-bank badan usaha milik negara (BUMN) tidak akan terlibat dalam pembiayaan akuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Inalum memprioritaskan mencari pinjaman dari bank luar negeri. Sebab, jika mengandalkan pinjaman dalam negeri akan mengganggu nilai tukar.
Manajemen Inalum menjelaskan sebenarnya perseroan diminta untuk memprioritaskan pinjamannya tidak dari dalam negeri agar tidak memberatkan neraca pembayaran dan juga tidak menekan kurs, karena sekarang nilai tukar rupiah sedang tertekan.
Nilai akuisisi 45,6 persen saham Freeport Indonesia tercatat US$3,85 miliar atau setara Rp55 triliun. Apabila Inalum menggunakan sumber dana dari dalam negeri maka dana tersebut akan berpindah ke luar negeri sehingga membuat nilai tukar rupiah tertekan.
(AM)