Berita Hari Ini : Penjualan RALS Capai Rp5,18 T, Realisasi Belanja TOTL Rp18,6 M

Bareksa • 20 Jul 2018

an image
Salah satu gerai Ramayana Lestari Sentosa di Jakarta (Company)

Produksi INCO naik 9,9 persen, kontrak baru NRCA Rp1,77 triliun, Sri Mulyani minta Pertamina perbaiki tata kelola

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 20 Juli 2018 :

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)

Rencana RALS mengejar target kinerja keuangan tampaknya sudah sesuai harapan. Pada kuartal II 2018, RALS membukukan penjualan kotor Rp3,6 triliun. Sehingga, sejak awal tahun hingga Juni, perusahaan ini sudah mengakumulasi penjualan Rp5,18 triliun, atau naik 3,9 persen secara tahunan.

"Itu sudah setara dengan 62 persen dari target penjualan tahun ini Rp8,23 triliun," ujar Christoper Maxmillian, Investor Relations RALS. 

Momen Lebaran kembali menjadi pendorong kinerja RALS. Sebesar 56 persen atau setara Rp2,07 triliun penjualan RALS di kuartal II tahun ini terkonsentrasi di Juni.

Namun, angka penjualan itu sejatinya turun 7 persen dibanding Juni 2017 yang sebesar Rp2,19 triliun. Sebab, Lebaran tahun ini 10 hari lebih awal dibanding 2017. Artinya, penjualan RALS sudah lebih dulu terakumulasi sejak Mei 2018.

PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) 

TOTL merealisasikan belanja modal (capital expenditure) Rp18,6 miliar pada semester I 2018 untuk memenuhi kebutuhan peralatan proyek, teknologi informasi, serta peralatan kantor.

Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada, Mahmilan Sugiyo Warsana, mengatakan perseroan tidak melakukan ekspansi di luar bidang usaha utama. Total dana belanja modal yang digelontorkan Rp18,6 miliar pada semester I 2018.

Dengan demikian, emiten berkode saham TOTL itu telah merealisasikan 37,2 persen belanja modal pada 2018.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 

Selama kuartal II 2018, INCO berhasil memproduksi nikel 18,93 metrik ton dalam matte. Volume produksi pada kuartal II 2018 ini 9,9 persen lebih tinggi jika dibandingkan volume produksi yang terealisasi pada tiga bulan pertama 2018 yang sebesar 17.141 ton.

Namun, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi INCO selama kuartal II 2018 lebih rendah 6,03 persen. Produksi nikel pada kuartal II 2017 mencapai 20.107 ton. Penurunan ini akibat adanya penundaan beberapa aktivitas pemeliharaan yang direncanakan hingga April 2018 yang awalnya dijadwalkan rampung Maret 2018

Sedangkan untuk total produksi nikel INCO selama semester I 2018 turun 3,59 persen menjadi 36.034 ton dari produksi pada semester I 2017 yang sebesar 37.331 ton.

PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA)

PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) membukukan nilai kontrak baru Rp1,77 triliun pada semester I 2018 atau setara dengan 46,76 persen dari target kontrak sepanjang 2018.

Investor Relation Nusa Raya Cipta, Veronika, menjelaskan perseroan mendapat sejumlah tambahan kontrak baru sampai dengan akhir semester I 2018. Adapun, pekerjaan baru yang didapatkan, antara lain The Park Mall Sawangan Rp286 miliar dan Pusat Pembelajaran Arntz-Geise Universitas Katolik Parahyangan Bandung Rp218 miliar.

Dengan pencapaian tersebut, emiten berkode saham NRCA itu telah merealisasikan 46,76 persen dari target tahun ini. Adapun, target kontrak baru kontraktor swasta itu mencapai Rp3,8 triliun pada 2018.

PT Metropolitan Land Tbk (MLTA)

Emiten properti MLTA sudah merealisasikan pendapatan pemasaran atau marketing sales Rp1,19 triliun pada semester pertama tahun ini, masih sejalan dengan target perseroan Rp2 triliun hingga akhir tahun.

Olivia Surodjo, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Metropolitan Land, mengatakan perseroan menggabungkan target marketing sales dengan pendapatan berulang atau recurring income. Secara total, targetnya adalah Rp2 triliun, atau naik 11 persen dari realisasi tahun lalu Rp1,8 triliun.

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)

Nama Tiga Pilar Corpora hilang dari daftar kepemilikan efek 5 persen atau lebih PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Seperti dilansir CNBC Indonesia, hilangnya nama pendiri AISA terungkap dalam laporan yang dirilis Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 12 Juli 2018.

Sebelumnya, nama Tiga Pilar Corpora berkurang jumlah dan porsi kepemilikannya hampir setiap bulan secara berturut-turut sebagai pemegang saham AISA, mulai Desember 2017. Pada akhir tahun lalu, kepemilikan saham Tiga Pilar Corpora di AISA masih 22,02 persen.

Pada Januari hingga Maret, kepemilikan Tiga Pilar Corpora pada AISA turun meskipun tidak drastis. Kepemilikannya lalu sempat bertahan pada April 2018 dari posisi Maret 2018, tetapi kemudian turun lagi menjadi 383 juta saham atai 11,91 persen pada Mei. Pada Juni, kepemilikan saham Tiga Pilar Corpora di AISA tergerus tinggal 169 juta atau 5,28 persen.

Awal bulan ini AISA mendapatkan masalah karena tidak mampu membayar bunga obligasi dan sukuk ijarah TPS Food I yang jatuh tempo pada Kamis 19 Juli 2018.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) akan menambah suntikan modal kepada anak usaha Rp 1-2 triliun pada tahun ini. Penambahan modal ini terutama ditujukan kepada tiga dari 12 anak usaha yang dimiliki.

Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo, mengungkapkan ada tiga anak usaha Bank Mandiri yang sedang giat melakukan ekspansi dan membutuhkan tambahan modal.

"Penambahan modal di beberapa anak usaha, Bank Mantap, Mandiri Utama Finance dan Mandiri Capital Indonesia," katanya.

Untuk anak usaha lain, seperti PT Bank Syariah Mandiri (BSM), perseroan akan menjadi perusahaan terbuka (mencatatkan saham di BEI). "BSM sudah berkinerja baik, kami dorong untuk IPO, tapi ROE-nya sudah di atas 12 persen, paling lambat 2020," kata dia.

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sedang membenahi distribusi untuk mengembalikan pangsa pasar perseroan di kisaran 42 - 44 persen dan mengembalikan profitabilitas positif pada 2018.

Direktur Pemasaran Krakatau Steel, Purwono Widodo, menjelaskan perseroan mulai memperkuat kembali sistem distribusi produk. Strategi tersebut diwujudkan dengan menambah distributor atau agen penjualan.

Pada semester I 2018, emiten berkode saham KRAS itu telah meningkatkan fungsi cabang di Surabaya, Jawa Timur. Sementara itu, penambahan distributor akan dilakukan pada semester II 2018.

PT Pertamina (Persero)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta PT Pertamina untuk memperbaiki tata kelola keuangannya agar tetap sehat. Hal itu dikatakan Sri Mulyani, menanggapi surat persetujuan Kementerian Badan Usaha Milik Negara terhadap sejumlah aksi korporasi yang dilakukan perusahaan pelat merah itu untuk memperbaiki neraca keuangannya.

"Beberapa kegiatan penugasan dari pemerintah apakah itu menyangkut solar, premium, elpiji 3 kg dan berapa konsekuensinya dari penugasan ini terhadap Pertamina," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga menegaskan bahwa pemerintah akan terus melakukan monitoring terhadap manajemen Pertamina dalam melakukan kalkulasi bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Menteri BUMN. Tujuannya, untuk melihat dan melakukan verifikasi jumlah profil kinerja hulu dan hilirnya serta  konsekuensi dari subsidi yang harus dibayar pemerintah.

Pertamina saat ini sudah mendapat restu dari pemerintah untuk melego sejumlah saham di beberapa proyek migas dan kilang. Dalam surat Kementerian BUMN tertanggal 29 Juni 2018, Menteri BUMN Rini Soemarno menyetujui aksi korporasi untuk mempertahankan kondisi kesehatan keuangan Pertamina.

(AM)