Pasca Meroket 19,7 Persen, Peluang Rally Saham INDR Terbuka

Bareksa • 19 Jul 2018

an image
Karyawan pabrik PT Indo-Rama SyntheticsTbk (INDR). (Sumber : www.indorama.com)

Saham INDR kemarin ditutup meroket tajam 19,75 persen atau menyentuh batas auto rejection di level Rp7.275

Bareksa.com - Harga saham PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) pada perdagangan Rabu 18 Juli 2018, ditutup meroket tajam hingga 19,75 persen atau menyentuh batas auto rejection dengan berakhir di level Rp7.275 per saham.

Saham INDR bergerak cukup atraktif pada perdagangan kemarin dengan menjadi saham peringkat kelima yang paling banyak ditransaksikan di BEI atau sebanyak 8.803 kali. Total nilai transaksi saham INDR kemarin mencapai Rp87,36 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham INDR pada perdagangan kemarin antara lain Mirae Asset Sekuritas (YP) dengan nilai pembelian Rp12,03 miliar, kemudian Indo Premier Sekuritas (PD) Rp4,73 miliar, dan Mandiri Sekuritas (CC) Rp4,1 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham INDR secara keseluruhan yaitu 13,77 persen, 5,41 persen, dan 4,69 persen.

INDR Tambah Kapasitas Produksi

Emiten produsen polyster dan tekstil, Indo-Rama Synthetics menaikkan kapasitas produksi 20 persen atau 55.000 ton per tahun sampai 2020.

Direktur Utama Indo-Rama Synthetics, Visnu Swaroop Baldwa, menyampaikan utilisasi pabrik perusahaan mencapai 100 persen, sehingga perlu menambah kapasitas produksi polyster. Pada 2020, diharapkan kapasitas produksi meningkat sekitar 20 persen atau 55.000 ton menuju 275.000 ton per tahun.

"Pengembangannya ada dua fase. Fase pertama diperkirakan selesai akhir tahun ini dengan penambahan kapasitas sekitar 15 persen dari 55.000 ton [8.250 ton]. Seluruhnya selesai 2020," ujarnya, seperti dilansir dari Bisnis.com.

Menurut Baldwa, penambahan kapasitas produksi polyster 55.000 ton selama dua tahun membutuhkan biaya US$60 juta. Sumber pendanaan berasal dari kas internal.

Per Maret 2018, ekuitas perseroan mencapai US$297,87 juta, naik dari akhir 2017 senilai US$284,30 juta. Adapun, liabilitas US$547,46 juta, meningkat dari sebelumnya US$515,8 juta.

Penjualan bersih INDR pada kuartal pertama 2018 tumbuh 11,49 persen year on year (yoy) menjadi US$220,08 juta. Pasar ekspor berkontribusi US$143,22 juta, sedangkan pasar lokal menyumbang US$77,21 juta.

Sementara itu, laba bersih melonjak 403,15 persen yoy menjadi US$13,24 juta dari sebelumnya US$2,63 juta. Menurut Baldwa, nilai itu mendekati target setahun penuh 2018 yang sebesar US$15 juta.

"Kami sangat yakin laba bersih 2018 melampaui target kami US$15 juta. Tapi kami belum mencanangkan target [laba bersih] baru," tuturnya.

Peningkatan laba bersih didukung oleh kenaikan harga minyak mentah global sebagai bahan baku Mono Etilena Glycol (MEG) dan Purified Terephthalic Acid (PTA). MEG dan PTA nantinya diolah menjadi benang polyster, serat polyster, dan resin polymer.

Benang dan serat polyster merupakan bahan baku kain untuk baju, jok mobil, kasur, dan lainnya. Adapun, resin adalah pembentuk barang-barang plastik, seperti botol minum, kemasan, dan alat elektronik.

Baldwa menyampaikan, memanasnya harga minyak global membuat harga produk dan margin INDR kepada konsumen meningkat. Kenaikan harga produk perusahaan berkisar 5 - 11 persen per Maret 2018, dibandingkan rata-rata harga pada setahun penuh 2017.

Selain itu, Indorama terus berupaya memacu produksi eksklusif. Artinya, konsumen mendapatkan polyster dan benang yang sesuai spesifikasi permintaannya.

"Kami mengejar niche market. Jadi setiap konsumen mendapatkan produk yang ada satu-satunya di dunia, sesuai spesifikasi kebutuhan mereka," imbuhnya.

Untuk perusahaan tekstil Coats di Britania Raya misalnya, Indorama menyediakan satu pabrik khusus. Pada 2017, ekspor perusahaan sudah mencapai 80 negara, dengan kontribusi terbesar dari benua Eropa sekitar 35 persen dan Asia 27 persen.

Analisis Teknikal Saham INDR


Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham INDR pada perdagangan kemarin membentuk white marubozu yang menggambarkan saham ini bergerak naik signifikan dalam rentang yang lebar hingga menyentuh batas auto rejection.

Volume menunjukkan lonjakan tajam sekaligus yang terbesar sejak awal tahun ini menandakan adanya aksi pembelian yang besar pada saham ini. Selain itu, kenaikan harga saham INDR kemarin berhasil menembus resisten di level Rp7.000 per saham. Hal itu mengindikasikan peluang rally saham INDR yang kembali terbuka.

Kemudian indikator relative strength index (RSI) terlihat mulai bergerak naik serta masih berada di sekitar area netral mengindikasikan sinyal kenaikan saham INDR yang kuat dengan potensi target terdekat di resisten pada level Rp8.800.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.