Sepanjang 2018 Catat Keuntungan 25,3%, Simak Keunggulan Archipelago Balance Fund

Bareksa • 18 Jul 2018

an image
Ilustrasi seorang investor wanita berkacamata senang bahagia happy tersenyum sedang menggunakan laptop dan tertimpa hujan uang hasil investasi reksadana obligasi saham secara online. 123rf

Reksadana campuran Archipelago Balance Fund cocok untuk investasi jangka menengah (1 hingga 3 tahun)

Bareksa.com – Di sepanjang tahun 2018, kondisi pasar saham dan obligasi terpantau melemah, sehingga memberi tekanan bagi investasi reksadana, terutama yang memiliki saham dan obligasi dalam portofolionya. Meskipun demikian, investor untuk jangka menengah dan panjang tidak perlu khawatir karena masih ada produk reksadana yang justru berkinerja cemerlang dalam kondisi ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan hingga 7 persen secara year-to-date (per 16 Juli 2018). Hal ini disebabkan penurunan beberapa saham berkapitalisasi besar. Dengan kondisi tersebut, penurunan pada reksadana saham dan campuran yang memiliki saham dalam portofolionya pun tak terhindarkan. 

Selain itu, di pasar obligasi, pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun bergerak dari 6,54 persen pada awal Maret dan saat ini berada di level 7,55 persen. Peningkatan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi sehingga kondisi ini mengindikasikan pasar obligasi sedang lesu.

Kondisi IHSG dan pasar obligasi memberi pengaruh pada kinerja reksadana campuran, yang memiliki saham dan obligasi dalam portofolionya. Secara year-to-date (per 16 Juli 2018), rata-rata reksadana campuran, baik itu konvensional maupun syariah yang tergambarkan melalui indeks reksadana campuran dan indeks reksadana campuran syariah pun mencatatkan performa negatif 3,73 persen dan negatif 5,92 persen.

Meski begitu, reksadana campuran mempunyai risiko lebih rendah, dibandingkan reksadana saham karena ada obligasi di dalam racikan portofolio. Sehingga bagi kamu dengan profil risiko menengah hingga tinggi tetapi ingin membatasi risiko, reksadana campuran cocok bagi kamu.

Lantas reksadana campuran apa yang bisa jadi pilihan?

Tabel : Performa Year to Date Archipelago Balance Fund dibanding Benchmark per 16 Juli 2018

Sumber: Bareksa.com

Di saat pasar saham dan obligasi sedang tertekan, masih ada reksadana campuran yang membukukan kinerja positif, yakni Reksadana Archipelago Balance Fund. Secara year to date, kinerja Reksadana Archipelago Balance Fund terbilang sangat baik, tumbuh 25,33 persen per 16 Juli 2018 dan menjadi Reksadana Campuran dengan return terbaik di marketplace Bareksa.

Grafik : Top 10 Reksadana Campuran dengan Performa Terbaik di Bareksa per 16 Juli 2018

Sumber: Bareksa.com

Sebagai informasi, hingga akhir Juni 2018, total dana kelolaan (AUM) Archipelago Balance Fund mencapai Rp69,2 miliar. Adapun kelolaan dana  PT Archipelago Asset Management per 16 Juli 2018 mencapai Rp458 miliar. Dengan begitu, total AUM Archipelago Balance Fund merefleksikan 15,1 persen terhadap keseluruhan kelolaan dana PT Archipelago Asset Management.

Grafik : Return Archipelago Balance Fund dibandingkan Indeks Reksadana Campuran (ytd)

Sumber: Bareksa.com

Melihat keunggulan-keunggulan tersebut di atas, Archipelago Balance Fund yang diluncurkan pada tanggal 11 Januari 2013 bisa menjadi salah satu pilihan bagi investor dengan tujuan jangka waktu investasi yang panjang.

Sebagai informasi, reksadana campuran cocok untuk investasi jangka menengah (1 hingga 3 tahun). Reksadana ini memiliki tingkat risiko di atas reksadana pendapatan tetap dan berada di kisaran konservatif hingga menengah, tergantung dari strategi investasi reksadana tersebut.

Tertarik dengan produk ini? Kamu bisa membeli di Bareksa dengan pembelian investasi awal minimal Rp100.000 pada tautan berikut ini. (ADV)

DISCLAIMER

*Kinerja setahun dihitung berdasarkan data per 16 Juli 2018

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.