Tetapkan Harga Rp1.640, IPCC Mulai Masa Penawaran Perdana Saham

Bareksa • 03 Jul 2018

an image
Pekerja berjalan diantara deretan mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Senin (5/2). Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menargetkan penjualan kendaraan bermotor pada 2018 sebanyak 1,1 juta unit atau naik tipis dari 2017. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Perseroan juga telah melakukan roadshow ke beberapa negara mulai dari Singapura hingga Inggris

Bareksa.com – PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk akhirnya resmi menetapkan harga penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sebesar Rp1.640,- per saham.

Dengan jumlah saham yang ditawarkan mencapai 509.147.700 lembar atau setara dengan 28 persen, emiten yang akan memakai kode saham IPCC ini akan meraup dana Rp835 miliar.

Melalui keterangannya, manajemen perseroan menyampaikan, saham IPCC akan memiliki nilai kapitalisasi saham Rp2,98 triliun.

Manajemen perseroan optimistis terhadap IPO IPCC seiring hasil roadshow yang dilakukan sejak 23 Mei hingga 22 Juni 2018. Untuk investor dalam negeri roadshow antara lain dilaksanakan di Jakarta.

Sementara itu, untuk investor internasional perseroan melakukan roadshow ke beberapa negara di Asia dan Eropa. 

“Tidak kurang dari 60 investor institusi telah ditemui oleh selama periode roadshow baik investor dalam negeri maupun luar negeri seperti di Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Korea Selatan dan Inggris,” ujar manajemen perseroan seperti dikutip Senin, 2 Juli 2018.

Hal lain yang membuat optimistis manajemen perseroan terhadap IPO ini adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan pernyataan efektif untuk IPCC pada 28 Juni 2018.

Sementara itu, masa penawaran IPCC akan dilakukan pada 2-3 Juli 2018. Saham perusahaan di bisnis bongkar muat kendaraan dari dan ke kapal tersebut akan dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 9 Juli 2018. 

 IPCC yang juga dikenal sebagai IPC Car Terminal tersebut menunjuk dua perusahaan sebagai penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Bahana Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas. Adapun RHB bertindak sebagai Agen Penjual Internasional.

IPCC merupakan anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC), yang bergerak pada bidang jasa pelayanan terminal kendaraan.

Pelayanan jasanya meliputi Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan Delivery. Selain itu juga melayani pelayanan jasa lainnya, yaitu vehicle processing center (VPC) dan equipment processing center (EPC).

IPCC memiliki beberapa keunggulan, di antaranya satu-satunya perusahaan yang mengelola terminal komersial yang memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan di negara terpadat ke-4 di dunia, memiliki 100 persen captive market, dan margin bisnis tinggi.

Selain itu, perseroan memiliki pasar yang berkembang pesat, basis klien yang solid, penguasaan lahan yang terjamin dan ekspansi yang terencana dengan baik, serta tim manajemen yang sangat berpengalaman.

Sementara itu, Indonesia adalah negara dengan penjualan mobil terbesar ke-17 di dunia dan nomor satu di ASEAN. Secara produksi, Indonesia terbesar ke-18 di dunia dan nomor dua di Asia Tenggara. Pertumbuhan produksi mobil di Indonesia secara tahunan mencapai 11,4 persen sepanjang 2007- 2017.

IPCC menyediakan terminal yang disiapkan tak hanya untuk mobil, melainkan alat berat, truk, bus, dan suku cadang. Perseroan mengelola lahan seluas 31 hektare dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun.

Sesuai rencana, pada 2022, IPCC menargetkan lahan seluas 89,5 hektare dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan. Dengan demikian, perseroan diproyeksikan menjadi pengelola terminal mobil terbesar ke-5 di dunia.

Pada 2017, IPCC membukukan pendapatan Rp422,1 miliar, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp314,3 miliar. EBITDA naik menjadi Rp175,4 miliar dari Rp133,4 miliar. Laba kotor naik menjadi Rp208,6 miliar dari Rp164,5 miliar, dan laba bersih melonjak menjadi Rp130,1 miliar dari Rp98,4 miliar.

Adapun total aset per akhir 2017 mencapai Rp336,3 miliar, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp264,9 miliar.

Liabilitas naik menjadi Rp 99,2 miliar dari Rp79,3 miliar dan ekuitas meningkat menjadi Rp237 miliar dari Rp185,6 miliar dan current ratio sebesar 3,3 kali, naik dari 2,4 kali.

Sementara itu, dalam tiga tahun terakhir rata-rata ROA mencapai 35,4 persen, margin EBITDA 40,4 persen, ROE 50,6 persen, dan ekuitas terhadap aset rata-rata 69,8 persen.

(AM)