Saham SWAT Sudah Terbang 231 Persen, Diborong Investor Asing Rp78,9 Miliar

Bareksa • 25 Jun 2018

an image
Pekerja mengepel lantai di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (24/5). Perdagangan IHSG ditutup menguat 2,67 persen atau 154,54 poin ke level 5.946,54. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Pada perdagangan hari ini, harga saham kembali meroket 20,8 persen

Bareksa.com - Harga saham PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT) kembali meroket. Pada perdagangan hari ini, Senin, 25 Juni 2018 kembali meroket.

Hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini, harga saham SWAT melonjak 20,8 persen ke level Rp640 dari sebelumnya Rp530 per saham.

Bila dihitung sejak tercatat pertama kali di Bursa Efek Indonesia, hingga perdagangan kemarin, saham emiten manufaktur di bidang kertas ini telah terbang 231 persen, atau naik lebih dari empat kali lipat dari harga penawaran (initial public offering/IPO) di Rp160 per saham.

Tidak hanya investor lokal, investor asing juga terpantau memborong saham SWAT.

Sejak tanggal 8-22 Juni 2018 investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) Rp78,9 miliar

Berdasarkan aktivitas broker summary, investor asing membeli saham SWAT paling banyak melalui broker Ekuator Swarna Sekuritas (MK) dengan nilai pembelian 1,1 juta lot saham di harga rata-rata Rp422,7 per saham dengan nilai transaksi Rp48,4 miliar.

Kemudian investor asing membeli saham SWAT melalui MNC Sekuritas sebanyak 96 ribu lot saham atau senilai  Rp5 miliar, dan Indopremier Securities (PD) Rp130,2 juta.

Ekspansi ke Bisnis Bahan Baku Kertas

Setelah IPO, SWAT berencana untuk melakukan berbagai ekspansi usai mencatatkan diri di BEI. Perusahaan manufaktur bidang kertas ini berencana untuk meningkatkan produksi tahun ini.

Saat ini, SWAT memiliki dua buah pabrik yang menghasilkan 4.000 ton per bulannya dengan utilisasi sebesar 30 persen.

Presiden Direktur SWAT, menjelaskan rendahnya utilisasi karena bahan baku yang terbatas, bukan karena tidak ada permintaan. Dia mengatakan dana yang diperoleh dari IPO perusahaan ini akan digunakan untuk pembelian bahan baku.

Kendala bahan baku coba ditanggulangi perusahaan dengan melakukan ekspansi di paper mill. Perusahaan berharap bisa mengoperasikan pabrik paper mill yang memiliki kapasitas 3.000 - 4.000 ton per bulan yang akan resmi didirikan pada September ini.

Saat ini, perusahaan ini melakukan penjualan kemasan karton paper cone dan juga paper tube. Sebanyak 60 persen produksi perusahaan digunakan di segmen food and beverages, sementara 10 - 20 persen digunakan untuk special box di bidang militer.

Dengan mulai beroperasinya pabrik paper mill tersebut, perusahaan berharap untuk bisa meraih kenaikan pendapatan hingga 8 - 10 persen.

Namun, melihat volatilitas pergerakan sahamnya yang cukup tinggi, pelaku pasar sebaiknya senantiasa waspada mengingat arah teknikal saham ini masih sulit untuk dibaca dikarenakan saham ini baru listing di BEI.

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.