Pasca Rights Issue, Manajemen BULL Optimis Tingkatkan Kinerja
Emiten perkapalan ini akan berekspansi ke bisnis batu bara
Emiten perkapalan ini akan berekspansi ke bisnis batu bara
Bareksa.com – Manajemen PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) akhirnya memenuhi permintaan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menggelar public expose terkait pelaksanaan aksi korporasi rights issue sebanyak 2,51 miliar saham baru. Melalui rencana ini, emiten perkapalan tersebut berpotensi meraup dana segar Rp351,86 miliar.
Dalam paparannya, Direktur Utama Buana Lintas Kevin Wong menyampaikan, dana dari rights issue akan mempercepat pertumbuhan nilai perusahaan yang berimplikasi peningkatan nilai perusahaan secara berkesinambungan. Secara historis, katanya, perseroan menggunakan dana dari pasar modal dengan produktif.
Rights issue bukan yang pertama bagi Buana Lintas. Pada tahun 2017, dengan tambahan dana Rp240 miliar, perseroan meningkatkan kapasitas armadanya dari dibawah 600,000 DWT menjadi 850,000 DWT atau lebih dari 40 persen. "Hal ini mendorong harga saham naik dari sekitar Rp100,- sebelum rights issue di tahun 2017 sampai titik tertinggi di atas Rp250,” tutur Kevin di Jakarta, Kamis, 21 Juni 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Pada tahun ini, setelah mencapai level tertingginya Rp242, saham BULL cenderung turun hingga menyentuh level terendah Rp113.
Namun seiring dengan rencana rights issue tahun ini, saham BULL perlahan naik dan berada pada level Rp135 pada 20 Juni 2018.
Pergerakan Saham BULL Secara Year to Date (hingga 20 Juni 2018)
Sumber: Bareksa.com
Kevin menambahkan, didukung dengan rights issue sekarang yang lebih besar dan juga aksi korporasi lainnya yang direncanakan, ke depan perseroan berpotensi besar mendapatkan laba bersih yang meningkat secara berkesinambungan dan signifikan.
"Didukung prospek dalam negeri yang sangat cemerlang dengan komitmen pemerintah dalam hal maritim dan juga penguatan pasar luar negeri yang sangat menjanjikan, kami yakin akan mencapai nilai pasar yang jauh lebih baik daripada sekarang," kata Kevin.
Sepanjang 2017, perseroan meraup pendapatan sebesar US$65,09 juta atau meningkat 27 persen dari periode akhir 2016 US$51,25 juta. Atas pendapatan itu, Buana Lintas mencatat laba bersih melonjak 2.208 persen dari US$485.433 menjadi US$11,2 juta.
Sementara itu, per Maret 2018 perseroan telah menghasilkan pendapatan US$21,1 juta atau naik 31,38 persen dari periode sama tahun 2017 US$16,06 juta. Dalam tiga bulan ini laba bersih perseroan mencapai US$3,02 juta atau naik 109,72 persen dari US$1,44 juta.
“Permintaan ruang kapal tanker minyak diprediksi akan naik 4 persen di tahun 2018 oleh Clarksons Research, sedangkan perkembangan armada hanya 1 persen. Berarti permintaan akan tumbuh 4 kali lipat lebih tinggi daripada persediaan yang akan mendorong penyewa berebut untuk mendapatkan kapal yang berujung pada kenaikan signifikan tarif sewa," tambah Kevin.
Dampak peningkatan tarif sewa kapal sangat besar pengaruhnya terhadap laba bersih BULL, karena setiap peningkatan tarif charter US$1.000 per hari di setiap kapal Buana Lintas akan meningkatkan laba bersih per tahun per kapal sebanyak US$365.000. Armada perseroan saat ini 17 kapal dan akan terus berkembang.
"Dengan dukungan keuangan dan pendanaan yang handal, dapat diyakinkan bahwa perseroan akan mencapai kinerja yang jauh lebih baik lagi daripada tahun 2017," imbuh Kevin.
Rencana Ekspansi ke Bisnis Batu Bara
Selain dari segmen minyak dan gas, pertumbuhan industri transportasi angkutan laut juga akan tumbuh sangat signifikan sejak Presiden Jokowi memberikan penguatan Asas Cabotage menjadi Beyond Cabotage.
“Perseroan juga mendapatkan permintaan untuk kapal pengangkutan batu bara, dimana sesuai dengan peraturan Beyond Cabotage, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 82 Tahun 2017, pada Mei 2020, ekspor batu bara dan CPO harus diangkut oleh kapal perusahaan pelayaran Indonesia. BULL juga ingin merambah ke bisnis batu bara dan ikut ambil bagian mendukung Peraturan tersebut dan rencananya tidak lama lagi akan ada realisasinya,” lanjut Kevin.
Ini tentunya prospek yang sangat besar karena Indonesia adalah negara pengekspor batu bara terbesar dengan ekspor lebih daripada 300 juta ton per tahun ditambah dengan permintaan dalam negeri yang sekitar 100 juta ton per tahun. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.