Berita Hari Ini : WIKA Raih Proyek Tol di Filipina, Laba SCMA Naik 19,2 Persen

Bareksa • 30 May 2018

an image
Pengunjung mengamati maket konstruksi BUMN WIKA saat Indonesia Bussiness and Development Expo 2016 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Produksi migas setara minyak sepanjang Januari-Maret 2018 tercatat sebesar 923.000 Barrel of Equivalent Per Day

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 30 Mei 2018 :

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA menandatangani nota kesepahaman pembangunan jalan tol elevated di Manila, Filipina.

Penandatangan nota kesepahaman dilakukan antara Wijaya Karya dengan Citra Manila Consortium yang beranggotakan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk., PT Citra Persada Infrastruktur, dan CLGP Philipine Holding Inc. pada. Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M. Soemarno turut menghadiri acara penandatanganan tersebut.

Emiten ini akan menggarap proyek pembangunan jalan tol elevated sepanjang 18 Kilometer menyambungkan Metro Manila dengan wilayah Taguig. Pembangunan jalan tol akan dimulai pada Januari 2019 dan ditargetkan rampung Desember 2022.

Pekerjaan tersebut didanai langsung oleh Pemerintah Filipina dengan nilai proyek US$1,25 miliar. Selain rencana Proyek Manila Taguig Expressway, WIKA sebelumnya telah memulai rekonstruksi Clarin Bridge di Bohol, Filipina.

PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)

Emiten stasiun televisi milik Grup Emtek, SCMA membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp359,18 miliar pada kuartal I 2018.

Capaian tersebut meningkat 19,2 persen dibandingkan laba bersih perseroan kuartal I 2017 yang sebesar Rp301,11 miliar. Kenaikan laba tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan sekaligus penurunan beban operasional perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, emiten dengan kode saham SCMA tersebut membukukan pendapatan Rp1,15 triliun pada kuartal I 2018 atau tumbuh 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1 triliun.

PT Pertamina

PT Pertamina mencatat kinerja hulu yang positif pada triwulan pertama 2018. Produksi migas setara minyak sepanjang Januari-Maret 2018 tercatat sebesar 923.000 Barrel of Equivalent Per Day (BOEPD).

Produksi ini terdiri dari minyak 386.000 barel per hari (bph) atau naik 14 persen ketimbang triwulan pertama 2017 yang terealisasi 337.000. Sedangkan produksi gas melonjak 55 persen menjadi 3.115 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dibanding periode yang sama tahun lalu 2.007 MMSCFD.

Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Syamsu Alam menjelaskan, pencapaian kinerja hulu yang positif tersebut merupakan kerja keras seluruh insan Pertamina dalam upaya meningkatkan produksi. "Pertamina mencatat kinerja hulu yang menggembirakan sepanjang triwulan pertama tahun ini," katanya.

PT PP Properti Tbk (PPRO)

PPRO akan fokus mengembangkan proyek di landbank atau lahan yang sudah dibeli perusahaan tahun lalu. Perusahaan menyebut tahun ini adalah tahun produksi. Oleh karena itu, mereka akan banyak merilis proyek baru di 2018 dan melakukan pengembangan di proyek eksisting.

Setidaknya, ada tiga proyek baru yang akan diluncurkan perusahaan tahun ini. Galih Saksono, Direktur Realti PP Properti mengatakan, proyek-proyek tersebut akan diluncurkan pada semester II mendatang.

Proyek yang paling dekat akan dirilis adalah proyek Transit Oriented Development (TOD) Stasiun Juanda Jakarta. Proyek kedua adalah Apartemen Petra di Surabaya. Proyek ini akan dibangun di lahan seluas 1,9 hektare (ha) dan akan mencakup lima menara. Tahap pertama akan diluncurkan satu tower dengan kapasitas sekitar 600 unit.

Sedangkan proyek yang ketiga adalah Entrance Suramado yaitu proyek kawasan terpadu yang akan dibangun di kaki kereta gantung Suramadu.

Minyak Global

Harga minyak mentah Amerika Serikat jatuh untuk hari kelima berturut-turut pada perdagangan Selasa, 29 Mei 2017, karena pasar terbebani prospek peningkatan produksi dari Arab Saudi dan Rusia.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli ditutup melemah 1,7 persen atau 1,15 poin ke level US$66,73 per barel di New York Mercantile Exchange. Sesi penurunan kelima berturut-turut dan yang terpanjang sejak Februari.

Di sisi lain, Brent berjangka untuk pengiriman Juli naik 0,09 poin ke level US$75,39 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London setelah sebelumnya jatuh hingga 1 persen. Patokan global diperdagangkan lebih mahal US$8,66 dibanding WTI untuk pengiriman bulan yang sama.

Dilansir Bloomberg, Arab Saudi dan Rusia pekan lalu mengisyaratkan akan mengembalikan sebagian output yang mereka kurangi sejak akhir 2016 saat mereka berusaha untuk menguras kelebihan pasokan global.

Saat ini, pasar sedang menunggu pertemuan OPEC dan mitra-mitranya di Wina pada akhir Juni untuk mengetahui apakah pembatasan output akan tetap berlangsung. (AM)