Ini Kata AirAsia Indonesia Soal Dampak Pelemahan Rupiah dan Rencana Right Issue

Bareksa • 25 May 2018

an image
Pesawat Air Asia (Company)

Komponen biaya pesawat AirAsia Indonesia berkontribusi 24 persen terhadap total biaya

Bareksa.com – Emiten maskapai berbiaya rendah, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) mengaku terbebani cukup signifikan oleh pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Komponen biaya yang terpengaruh cukup besar adalah biaya penyewaan pesawat.

Direktur Utama Air Asia Indonesia, Dendy Kurniawan, mengatakan komponen biaya pesawat AirAsia berkontribusi 24 persen terhadap total biaya. Apabila rupiah melemah 10 persen, maka bisa memangkas margin keuntungan perseroan 2,4 persen.

“Pelemahan rupiah tentu berpengaruh, sewa pesawat tidak bisa terlepas dari dolar AS karena pincipalnya asing,” terang Dendy di Jakarta, Kamis, 24 Mei 2018.

Dia mengungkapkan sebagai perusahaan penerbangan sebenarnya perseroan bisa saja membebankan kenaikan biaya pada harga tiket. Tetapi, persaingan yang ada pada industri penerbagan berbiaya murah (low cost carrier/LCC) membuat perseroan tidak bisa begitu saja membebankan kenaikan biaya kepada penumpang.

Hedging Kurs

Di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah, perseroan mengaku tidak melakukan lindung nilai (hedging). Hedging dilakukan apabila nilai tukar rupiah berfluktuasi sangat tinggi.

Selain biaya sewa pesawat, komponen dolar AS paling besar merupakan biaya bahan bakar. Komponen bahan bakar terhadap total biaya perseoran mencapai 35 persen.

Dendy mengatakan, karena kontribusi terhadap biaya besar, AirAsia Indonesia selalu melakukan hedging untuk harga bahan bakar. Untuk hedging bahan bakar AirAsia dilakukan secara grup.

Rencana Right Issue

Sementara itu, Dendy menuturkan bahwa perseroan tengah mempersiapkan rencana penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Rencana rights issue perseroan dilakukan untuk meningkatkan persentase saham publik.

“Kami rencanakan rights issue pada akhir kuartal III 2018,” katanya.

Dia berharap bakal banyak investor publik yang mensubscribe saham perseroan saat pelaksanaan rights issue. Dia juga berharap pemegang saham publik perseroan bakal menjadi 7,5 persen setelah rights isue.

AirAsia masih menggodok rencana tersebut, terkait dengan persentase saham baru yang akan dilepas ke publik dan target dana dari pelaksanaan rights issue. AirAsia juga belum memutuskan penggunaan dana hasil penambahan modal itu. Tetapi, dana hasil rights issue rencananya akan digunakan untuk ekspansi, seperti penambahan pesawat atau menambah lokasi hub.

AirAsia Indonesia memiliki empat hub saat ini yang berlokasi di Medan, Jakarta, Surabaya dan Denpasar. Apabila memungkinkan, perseroan rencananya bakal membuka hub baru di Lombok.

Penambahan Pesawat

AirAsia Indonesia berencana menambah tiga pesawat baru tahun ini. Apabila lancar, satu pesawat akan tiba Juli sedangkan dua lainnya akan tiba pada Desember 2018. “Jenis pesawatnya Airbus A320,” ujarnya.

Jika sudah tiba, pesawat baru perseroan akan menambah jumlahnya dari saat ini 18 unit. Dendy mengatakan sebagian besar pesawat diadakan melalui skema leasing. (AM)