Berita Hari Ini: Gojek Ekspansi di ASEAN US$500 Juta, Transcoal Pacific akan IPO

Bareksa • 25 May 2018

an image
Sejumlah pengemudi Gojek yang tergabung dalam Serikat Driver Gojek Makassar berunjuk rasa di depan kantor Gojek Cabang Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (2/12) (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

AMRT alokasi capex Rp2,3 triliun, TOPS stock split 1:5, DOID incar pendapatan naik 14,4 persen

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 25 Mei 2018 :

GO-JEK

PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (GO-JEK Indonesia) melebarkan sayap bisnis ke pasar regional. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan transportasi online langsung merangsek ke empat negara di kawasan Asia Tenggara sekaligus, yakni Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Untuk melancarkan aksi tersebut, GO-JEK membenamkan dana US$500 juta atau sekitar Rp7 triliun. Mengutip Kontan, di tahap awal, perusahaan ini akan mengoperasikan layanan transportasi online. Layanan tersebut bakal terealisasi dalam beberapa bulan ke depan.

CEO dan Founder GO-JEK Indonesia, Nadiem Makarim, menyebut empat negara tersebut jadi pilihan karena ingin membuat persaingan transportasi online yang lebih kompetitif di sana.

Adapun layanan transportasi online di negara tersebut dikuasai oleh Grab. "Kehadiran kami bisa menciptakan persaingan usaha yang sehat dan menumbuhkan pasar di negara masing-masing," katanya.

PT Transcoal Pacific Tbk

Perusahaan pelayaran ini berencana melepas 1,5 miliar saham sebagai aksi penawaran umum perdana saham (IPO). Jumlah itu setara 27,27 persen dari modal ditempatkan dan disetor itu memiliki nilai nominal Rp100 per saham.

Untuk merealisasikan rencana ini, perseroan telah menunjuk PT Investindo Nusantara Sekuritas dan PT Jasa Utama Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi.

Perseroan berencana memulai penawaran awal 25-31 Mei 2018 dan berharap mendapat efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 21 Juni 2018. Adapun saham perseroan diharapkan bisa tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 2 Juli 2018.

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)

Emiten dengan kode saham AMRT terus melanjutkan ekspansinya. Pemilik gerai Alfamart ini mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai Rp2,3 triliun pada 2018. Mengutip Kontan, manajemen perseroan akan menggunakan dana belanja modal antara lain untuk membuka 800 gerai baru.

Perinciannya, sebanyak 650 gerai reguler dan 150 gerai franchisee, termasuk perpanjangan masa sewa. Hingga Maret tahun ini, perseroan telah memiliki 13.503 gerai Alfamart.

Presiden Direktur Sumber Alfaria Anggara Hans Prawira mengemukakan, pihaknya masih fokus di existing market dengan porsi 50 persen gerai di Jawa dan 50 persen di luar Jawa. Untuk ekspansi di luar negeri, sejauh ini AMRT baru menyasar Filipina.

PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS)

Perseroan mendapat persetujuan melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split), dengan rasio 1 : 5 dari semula Rp100 per saham menjadi menjadi sebesar Rp20 per saham.

Hasil yang merupakan keputusan RUPSLB juga menyetujui perubahan Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 Anggaran Dasar perseroan sehubungan dengan pelaksanaan stock split.

PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID)

Kontraktor tambang berkode saham DOID menargetkan pendapatan US$825 - 875 juta, tumbuh 7,9 - 14,4 persen dari realisasi tahun lalu senilai US$764,61 juta.

Mengutip Bisnis Indonesia, Direktur Keuangan Delta Dunia Makmur Eddy Porwanto menyampaikan, industri batu bara terus bertumbuh sejak 2017 seiring dengan membaiknya harga global.

Sampai akhir 2019, diperkirakan harga batu hitam masih stabil di atas level US$80 per ton. Karena itu, pada 2018 perseroan mengupayakan peningkatan kinerja operasional dan keuangan. Perseroan juga menargetkan earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) sekitar US$280 - 320 juta.

Outlook harga batu bara bagus, permintaan kontrak penambangan juga meningkat,” ujarnya.

Samurai Bond

Pemerintah telah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) valuta asing berdenominasi yen Jepang pada. Nilai penerbitan surat utang yang dikenal dengan Samurai Bonds itu mencapai 100 miliar yen.

Nilai itu sama dengan penerbitan Samurai Bonds pada tahun lalu. Walau nilainya sama, namun tahun ini pemerintah harus membayar kupon lebih besar. Terdiri dari empat seri, seri RlJPY0521 menyerap dana 49 miliar yen dengan kupon 0,67 persen dan jatuh tempo 31 Mei 2021. (AM)