Satu Tahun Terakhir Nilai Kapitalisasi Grup Lippo Amblas Rp9,89 Triliun
Meskipun demikian, dalam satu tahun terakhir Indeks Harga Saham Gabungan naik 5,6 persen
Meskipun demikian, dalam satu tahun terakhir Indeks Harga Saham Gabungan naik 5,6 persen
Bareksa.com – Dalam waktu satu tahun terakhir kapitalisasi saham Grup Lippo anjlok hingga Rp9,89 Triliun. Penurunan kinerja keuangan menjadi salah satu faktor yang membuat saham-saham ini merosot.
Meski pasar modal Indonesia tercatat masih tumbuh dalam satu tahun terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan naik 5,6 persen dalam setahun, kapitalisasi saham dalam konglomerasi yang dimiliki oleh taipan Mochtar Riady ini menyusut hingga kurang dari separuh nilainya jika dibandingkan setahun lalu.
Sejumlah perusahaan Grup Lippo melantai di Bursa Efek Indonesia dengan dua entitas utama yang bertindak sebagai holding dari sejumlah perusahaan lain. Holding yang pertama adalah PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang menjadi induk usaha bagi bisnis properti dan terkait jasa kesehatan (healthcare), yakni PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Promo Terbaru di Bareksa
Lalu, entitas holding kedua adalah PT Multipolar Tbk (MLPL) yang menaungi perusahaan dengan bisnis berbasis ritel, teknologi dan informasi. Mereka adalah PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), PT First Media Tbk (KBLV) dan PT Link Tbk (LINK).
Dalam satu tahun terakhir, dua induk usaha ini mengalami penurunan harga saham. Harga saham LPKR anjlok hingga 43,29 persen ke level Rp446 per saham pada 30 April 2018 dari sebelumnya pada satu tahun sebelumnya Rp790 per saham
Tidak berbeda dalam periode yang sama, harga saham MLPL juga longsor hingga 60,53 persen menjadi Rp123 dari sebelumnya Rp304 per saham.
Kinerja Saham LPKR dan MLPL Dalam 1 Tahun
Sumber: Bareksa.com
Nilai Kapitalisasi Pasar Saham
Anjloknya harga saham jelas menekan nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham dua induk usaha dari sejumlah perusahaan Grup Lippo ini.
Per 30 April 2018, nilai kapitalisasi pasar saham LPKR hanya tersisa Rp11,89 triliun dari sebelumnya Rp26,12 triliun di 2 Mei 2017.
Setali tiga uang, nilai kapitalisasi pasar saham MLPL tersisa Rp1,6 triliun dari sebelumnya Rp7,3 triliun.
Market Cap Saham-Saham Grup Lippo
Sumber: Data diolah Bareksa
Jika digabungkan, kapitalisasi kedua induk usaha ini hanya tersisa Rp13,5 triliun per 6 Februari 2018 dari Rp33,38 triliun pada tiga tahun sebelumnya. Berarti, dalam tiga tahun terakhir nilai kapitalisasi saham LPKR dan MLPL telah menyusut 59,46 persen atau Rp19,8 triliun.
Kinerja Keuangan LPKR
Total pendapatan LPKR di tahun 2017 naik tipis 0,9 persen menjadi Rp11 triliun, relatif datar dibanding dengan pendapatan tahun lalu. Meskipun demikian, laba bersih perusahaan turun 30 persen menjadi Rp614 miliar.
Pendapatan properti turun sebesar 18 persen menjadi Rp3,5 triliun pada 2017 secara year on year (yoy), dan memberikan kontribusi sebesar 31 persen terhadap total pendapatan. Sementara itu, pendapatan berulang atau recurring tumbuh sebesar 13 persen yoy menjadi Rp7,6 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 69 persen terhadap total pendapatan.
Pendapatan dari divisi urban development turun sebesar 22 persen yoy menjadi Rp2,3 triliun, terutama disebabkan oleh pelemahan pasar properti di tahun 2017. Pendapatan dari divisi large scale integrated turun sebesar 8 persen yoy menjadi Rp1,2 triliun pada tahun 2017.
Pendapatan dari divisi healthcare tumbuh sebesar 13 persen yoy menjadi Rp5,8 triliun. Pendapatan untuk 6 rumah sakit mature naik sebesar 7,9 persen yoy menjadi Rp2,6 triliun dari Rp2,4 triliun. Pendapatan untuk 10 rumah sakit developing naik sebesar 10,6 persen yoy menjadi Rp2,3 triliun dari Rp 2,1 triliun. Pendapatan 8 rumah sakit baru yang dibuka di 2017 sebesar Rp 131,7 miliar.
Kunjungan pasien rawat jalan tumbuh sebesar 16,7 persen yoy, sementara admisi rawat inap tumbuh sebesar 7,7 persen yoy. Laba bersih dari divisi healthcare sebesar Rp93,6 miliar, meningkat sebesar 9 persen yoy.
Kinerja Keuangan MLPL
Sementara itu, tahun lalu cukup berat bagi perusahaan yang punya anak usaha sektor ritel, seperti PT Multipolar Tbk (MLPL). Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan lewat keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, sepanjang tahun 2017, MLPL mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,2 triliun.
Kerugian ini disebabkan oleh kerugian yang dicatat di beberapa anak usaha dan entitas asosiasi, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT First Media Tbk (KBLV). Maklum, penyumbang terbesar bagi pendapatan MLPL adalah MPPA, MLPT dan Mbiz.
PT Multipolar Teknologi Tbk (MLPT) juga mengalami penurunan laba sebesar 23,9 persen dari Rp147,72 miliar menjadi Rp112,36 miliar.
Untungnya, tak semua anak usaha Multipolar mencatatkan kinerja negatif. Beberapa anak usaha dan entitas asosiasi Multipolar lainnya mencatat kinerja yang terus membaik.
PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) berhasil meningkatkan tipis penjualannya menjadi Rp 17,5 triliun di tahun 2017. LPPF menambah delapan gerai baru selama tahun 2017, dengan jumlah total 155 gerai yang dioperasikannya di 73 kota di seluruh Indonesia. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.