Pendapatan BUMI Naik 30 Kali Lipat, Harga Saham Meroket 11 Persen

Bareksa • 02 May 2018

an image
Aktivitas pegawai di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (16/1). IHSG ditutup menguat 0,74 persen di level 6.429,69, tidak terpengaruh insiden ambruknya selasar Tower II gedung BEI yang terjadi Senin (15/1). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Lonjakan pendapatan ini diperoleh dari penjualan batu bara ekspor pihak ketiga yang mencapai US$127,9 juta

Bareksa.com- Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) meroket pada perdagangan hari ini Rabu, 2 Mei 218. Pergerakan harga saham emiten investasi batu bara tersebut terdorong lonjakan pendapatan yang mencapai lebih dari 30 kali sepanjang kuartal pertama 2018 dibandingkan periode sama tahun lalu.

Saham BUMI naik hingga 11 persen menjadi Rp266 dari sebelumnya Rp240 pada perdagangan hari ini hingga pukul 11.50 WIB.

Saham BUMI pun menjuarai volume transaksi saham pada perdagangan siang hari ini. Hingga berita ini ditulis, sebanyak 492 juta lembar saham BUMI berhasil diperdagangkan mencapai Rp128,8 miliar.

Grafik: Pergerakan Harga Saham BUMI Intraday

Sumber: Bareksa.com

Broker yang tercatat melakukan pembelian saham paling banyak adalah Maybank Kim Eng Sekuritas (ZP) yang melakukan pembelian bersih saham sebanyak 750.000 lot pada harga rata-rata Rp262,5 per saham senilai Rp19,7 miliar.

Morgan Stanley (MS) juga membeli saham sebanyak 331.000 lot saham pada harga rata-rata Rp249,3 per saham senilai Rp8,2 miliar.

Pendapatan Melonjak

Lonjakan harga saham BUMI ini seiring dengan rilis laporan keuangan perusahaan untuk periode tiga bulan pertama tahun ini. Pada kuartal I-2018, BUMI mengalami lonjakan pendapatan menjadi US$310,47 juta hingga 31 Maret 2018 dibandingkan pendapatan US$10,30 juta di periode sama tahun sebelumnya.

Lonjakan pendapatan ini diperoleh dari penjualan batu bara ekspor pihak ketiga yang mencapai US$127,9 juta dari sebelumnya tidak ada penjualan. Selain itu, penjualan batu bara lokal dari pihak ketiga menjadi US$181,7 juta dari sebelumnya tidak ada  penjualan sama sekali.

Meskipun demikian, beban pokok penjualan BUMI tercatat menjadi US$201,45 juta jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tidak ada. Hal ini membuat laba bersih perusahaan naik tipis 2,3 persen menjadi US$90 juta dari sebelumnya US$88 juta.

Head of Research PT Kresna Graha Sekurindo Tbk, Robertus Yanuar Hardy mengatakan bahwa kinerja keuangan BUMI saat ini bisa dibilang lebih mencerminkan operasionalnya. Dia menjelaskan bahwa sejumlah investor sempat meragukan kinerja keuangan BUMI karena pada tahun lalu, emiten ini mencatat keuntungan akibat pendapatan yang tidak berulang (non-recurring).

"Pada laporan keuangan 2017, BUMI memasukkan manfaat tax amnesty dan revaluasi aset sebagai keuntungan. Nah, kalau tahun ini, dua akun tersebut tidak ada, tapi laba bisa sama, artinya operasional naik drastis," katanya dalam pesan singkat kepada Bareksa. (hm)