PLN Efisiensi, Keuntungan Pemasok Gas dan Batu Bara Bisa Tertekan
Target capaian EBITDA Adaro Energy tahun ini direvisi menjadi US$1,1-1,3 miliar dari sebelumnya US$1,3-1,5 miliar
Target capaian EBITDA Adaro Energy tahun ini direvisi menjadi US$1,1-1,3 miliar dari sebelumnya US$1,3-1,5 miliar
Bareksa.com – Keuntungan perusahaan batu bara dan gas di Indonesia tahun ini terancam tertekan akibat pengaturan harga komoditas energi dalam negeri. Pengaturan harga bahan bakar primer untuk pembangkit listrik tahun ini bakal diatur demi ikut mendukung efisiensi yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Perusahaan batu bara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Adaro Energi Tbk (PTBA), mengaku bahwa akan mengikuti peraturan pemerintah terkait peraturan DMO pembangkit listrik. Perseoran bakal mengalokasikan 25 persen batu bara dari target produksinya 2018 sebeasr 54-56 juta ton untuk DMO. (Lihat juga PLN Efisiensi, Produsen Batu Bara Mana Pasok Domestik Terbesar?)
Peraturan DMO terkait efisiensi PLN membuat margin keuntungan perseroan berkurang. Adaro mengumumkan revisi target laba sebelum bunga, pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tahun ini setelah peraturan DMO diberlakukan.
Promo Terbaru di Bareksa
Target capaian EBITDA Adaro Energy tahun ini direvisi menjadi US$1,1-1,3 miliar dari sebelumnya US$1,3-1,5 miliar. “Terutama karena regulasi baru untuk harga domestik yang dilakukan Kementerian ESDM,” terang Direktur perseroan, David Tendian.
Sepanjang kuartal I-2018, Adaro telah memproduksi 10,93 juta ton batu bara. Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 persen produksi dialokasikan untuk DMO.
Sementara itu, Direktur Niaga PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Adib Ubaidillah mengatakan, perseroan mengikuti peraturan pemerintah terkait pembatasan harga maksimal batu bara untuk kebutuhan domestik (domestic market obligation/ DMO) pembangkit listrik.
“Kita sudah sepakat, sekitar 50 persen dari produksi atau 11 juta ton lebih untuk DMO,” tuturnya.
Dia juga mengatakan bahwa perseroan tidak masalah dengan efisiensi yang dilakukan oleh PLN karena kenaikan harga komoditas. Pada dasarnya Bukit Asam telah berkomitmen memenuhi ketentuan pemerintah dan kontrak yang telah dilakukan dengan PLN.
Dari sumber energi lain, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), sebagai distributor gas menerangkan bahwa efisiensi yang dilakukan PLN berpengaruh cukup signifikan kepada perseroan. Efisiensi perusahaan pelat merah di sektor kelistrikan tersebut membuat permintaan terhadap gas berkurang.
“Volume penyaluran gas ke PLN berkurang karena pembangkit Sumsel V telah beroperasi,” ujar Sekretaris Perusahaan Rukun Raharja, Cindy Budijono kepada Bareksa. Menurut dia, hal itu tidak terlepas dari kebijakan PLN yang meningkatkan jumlah pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dibandingkan gas.
Operasional PLN
Pengamat Energi Universitas Indonesia (UI), Iwa Garniwa menuturkan, operasional PLN memang sangat bergantung pada pasokan (supply) listrik yang sangat dipengaruhi bahan bakar. Di antara tiga bahan bakar utama pembangkit listrik, yakni batu bara, bahan bakar minyak (BBM) dan gas, harga batu bara memang yang paling murah.
Sementara itu, di antara ketiga bahan bakar primer, BBM merupakan yang paling mahal. Meski begitu, pengadaan pembangkit listrik BBM itu bukan keinginan PLN, tetapi memang kebutuhan.
“Jadi pengadaan pembangkit listrik BBM bukan merupakan inefisiensi,” terangnya kepada Bareksa di Jakarta, Senin, 30 April 2018.
Menurut Iwa, pembangkit listrik batu bara secara karakteristik tidak bisa menyesuaikan tinggi rendahnya kebutuhan listrik. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hanya bisa menyalurkan listrik dengan tegangan yang flat.
Pembangkit yang dapat menyesuaikan tegangan berdasarkan kebutuhan adalah BBM. Di sisi lain, pembangkit listrik BBM juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah terpencil di wilayah Indonesia.
Di tengah ekspansi PLN membangun banyak proyek pembangkit listrik, efisiensi dari sisi bahan bakar diperlukan perseroan karena saat ini harga bahan bakar dunia tengah meningkat.
Jadi, dia memandang merupakan hal yang wajar pemerintah membantu PLN dengan mengatur harga bahan bakar, terutama batu bara, yang digunakan untuk DMO.
Dia mengatakan, diaturnya harga batu bara DMO pembangkit listrik sudah cukup memperbaiki kinerja PLN secara operasional dan keuangan. “Reserve energy PLN juga sudah positif, dua tahun sebelumnya reserve energy selalu negatif,” kata dia. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.