HMSP Bagi Dividen Rp12,5 Triliun, Berapa Dividend Yield-nya?

Bareksa • 27 Apr 2018

an image
Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Mindaugas Trumpaitis (kanan) saat menerima penghargaan penghargaan Top Employer 2018

Pangsa pasar perseroan kuartal I-2018 naik menjadi 33,2 persen dengan penjualan 23 miliar batang rokok

Bareksa.com – Pemegang saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sepakat menggunakan 98,5 persen dari laba bersih tahun lalu atau setara Rp12,5 triliun sebagai dividen. Jumlah dividen perseroan kurang lebih sama dengan tahun lalu sebesar Rp12,5 triliun.

Presiden Direktur HM Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis mengungkapkan pemegang saham menyepakati pembagian dividen dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUST). “Nilai dividen setara dengan Rp107,3 per saham,” terangnya di Jakarta, Jumat 2018.

Nilai dividen yang bakal dibagikan perseroan mencerminkan dividend yield sebesar 3 persen dari harga penutupan saham HMSP pada perdagangan sesi I hari ini sebesar Rp3.520 per saham.

Mindaugas menuturkan, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp99,1 triliun pada 2017, meningkat 4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp95,4 triliun. Sementara laba bersih perseroan turun sebesar 0,7 persen menjadi Rp12,6 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp12,7 triliun.

Tantangan Industri

Sementara itu, Mindaugas menuturkan bahwa tahun ini bakal ada sejumlah tantangan pada industri rokok domestik. Tekanan pertama berasal dari kenaikan harga yang dipicu oleh kenaikan pajak cukai yang lebih tinggi dibandingkan inflasi.

Kemudian perseroan juga akan menghadapi tantangan dengan melemahnya tingkat konsumsi masyarakat. Tahun ini perseroan mengantisipasi bakal ada penurunan konsumsi rokok industri domestik sekitar 1-3 persen.

Mulai melemahnya tingkat konsumsi masyarakat mulai tercermin pada kinerja kuartal I-2018. Data menunjukkan volume penjualan industri rokok Indonesia sebesar 2,3 persen. Hal itu terjadi karena kondisi belanja konsumen yang menurun dan adanya kenaikan harga jual yang dipicu oleh kenaikan pajak cukai yang lebih tinggi dari inflasi.

Namun, pangsa pasar perseroan pada dasarnya naik menjadi 33,2 persen dengan penjualan 23 miliar batang rokok.
Dari total pangsa pasar Sampoerna, sebagian besar pangsa pasar dikontribusikan oleh produk sigaret kretek mesin (SKM) sebesar 23,3 persen. Jumlah tersebut terbagi atas pangsa pasar SKM kadar tar renda sebesar 18,7 persen dan SKM kadar tar tinggi sebesar 4,8 persen.

Kenaikan pangsa pasar Sampoerna di industri rokok domestik didorong oleh kinerja kuat dari produk Marlboro Filter Black serta Dji Sam Soe Magnum Mild. “Serta SKM dengan rasa yang lebih ringan hasil pengembangan lini merk Dji Sam Soe yang diluncurkan pada Mei 2017,” jelasnya.

Sementara itu, sigaret kretek tangan (SKT) persreoan memiliki pangsa pasar sebesar 6,6 persen, turun dibandingkan dengan pangsa pasar produk tersebut pada kuartal I tahun lalu sebeasr 6,9 persen.

Mindaugas menjelaskan, pangsa pasar SKT persroan lebih kecil tetapi tidak membuat Sampoerna berubah menjadi perusahaan rokok putih. Perseroan berupaya menstabilkan ssegmen SKT melalui inovasi untuk memperkuat merk perseroan.

Sampoerna juga memimpin pasar SKT dengan 40 pabrik di Jaw termasuk 60 ribu karyawan secara langsung maupun tidak langsung.

Harga saham HMSP pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat, 27 April 2018 tercatat turun 3,56 persen ke harga Rp3.520 per saham. Harga saham HMSP sebelumnya dibuka senilai Rp3.650 per saham.