Bareksa.com – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memaparkan posisi operasi pasar terbuka (OPT) Bank Indonesia tercatat turun ke level Rp358,44 triliun pada akhir Maret 2018 dari posisi akhir Februari 2018 yang berada di level Rp441,11 triliun.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya penempatan pada reverse repo SBN Rp34,44 triliun dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) Rp4,31 triliun dari posisi Februari 2018. Laporan yang tertuang dalam Indikator Likuiditas itu juga menyebut pos deposit facility tercatat kenaikan Rp17,7 triliun pada periode yang sama.
“Penurunan penempatan pada instrumen OPT mengindikasikan perbankan secara bertahap mulai memanfaatkan kelebihan likuditas yang dimiliki untuk disalurkan ke sisi kredit,” tulis LPS melalui rilisnya, Senin (23/4/2018).
Kendati demikian, lanjut LPS, secara umum kondisi likuditas perbankan masih relatif longgar. Beberapa kebijakan pelonggaran makroprudensial melalui giro wajib minimum (GWM) rata-rata, Rasio Intermediasi Makroprudensial, dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial akan memberi tambahan likuditas yang berpotensi mendorong penyaluran kredit.
Kredit, DPK, dan Rasio LDR Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada awal tahun 2018 masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit. Tercatat pertumbuhan kredit bank umum hanya naik ke 7,4 persen y/y pada Januari 2018.
Laju pertumbuhan DPK pada periode yang sama mencapai 8,36 persen. Dengan demikian, LDR perbankan kembali mengalami penurunan dari 89,58 persen pada Desember 2017 menjadi 88,59 persen pada Januari lalu.
Proyeksi Rasio Keuangan Perbankan
Sumber: LPS
“Pertumbuhan kredit diperkirakan akan membaik memasuki triwulan kedua, ditopang oleh membaiknya prospek perekonomian dan tingkat bunga yang masih kompetitif,” tambah LPS.
LPS juga memproyeksikan, pertumbuhan DPK tumbuh stabil di tengah masih tingginya likuditas. Adanya risiko volatilitas di pasar keuangan, terutama nilai tukar, akan mempengaruhi kondisi tingkat bunga dan pertumbuhan DPK valas. Hingga akhir tahun pertumbuhan kredit diprediksi akan kembali ke sekitar 10 persen, sementara pertumbuhan DPK sedikit lebih rendah di sekitar 8 persen.
Bunga Deposito Naik
Di sisi lain, rata-rata suku bunga deposito bank benchmark LPS pada akhir Maret 2018 mencapai 5,39 persen, turun 3 bps dari posisi akhir Februari 2017. Hal yang sama terjadi pada rata-rata suku bunga minimum yang turun 3 bps ke posisi 4,63 persen.
Sebaliknya, suku bunga deposito valas pada periode yang sama secara konsisten mengalami kenaikan antara 1-6 bps. Kenaikan suku bunga deposito valas ini terpantau mulai terjadi sejak akhir triwulan III tahun lalu.
Menurut LPS, tren penurunan bunga dana rupiah cenderung akan melandai dan berpotensi berbalik mengalami peningkatan (upside risk). Meskipun kondisi likuiditas rupiah masih relatif memadai, adanya sinyal perbaikan kredit dan tekanan dari gejolak pasar keuangan dapat mempengaruhi perilaku bank dalam menentukan tingkat bunga.
“Sebaliknya suku bunga dana valas diperkirakan akan terus mengalami kenaikan sebagai dampak dari kenaikan suku bunga global dan masih lebarnya selisih antara suku bunga dana onshore dan offshore,” tambah LPS. (AM)