Harga Saham IMAS Meroket 105 Persen Sejak Akhir Februari, Bagaimana Keuangannya?
Hingga akhir tahun 2017 perusahaan masih merugi Rp91 miliar
Hingga akhir tahun 2017 perusahaan masih merugi Rp91 miliar
Bareksa.com - Harga saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) telah melonjak lebih dari dua kali lipat dalam tujuh pekan terakhir. Meskipun demikian, peningkatan ini masih belum menunjukkan kinerja keuangan terakhir perusahaan otomotif afiliasi Grup Salim ini.
Dalam periode 27 Februari-18 April 2018, harga saham IMAS sudah melonjak 105 persen menjadi Rp1.720 dari sebelumnya hanya Rp840 per saham. Padahal dari sisi kinerja, perusaham ini masih mencatatkan kerugian sepanjang tahun lalu.
Grafik: Pergerakan Harga Saham IMAS Secara Year to Date
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Berdasarkan laporan keuangan tahun penuh 2017, Indomobil membukukan pertumbuhan pendapatan hanya 2,6 persen menjadi Rp15,4 triliun pada tahun lalu dibandingkan kinerja 2016. Hal ini masih belum mampu mendorong perusahaan untuk keluar dari kerugian.
Sepanjang 2017, perusahaan yang dikendalikan Grup Salim ini masih mencatat rugi bersih Rp91 miliar, dibandingkan rugi bersih Rp289 miliar pada tahun sebelumnya. Ternyata, sudah empat tahun terakhir, Indomobil terus mencatatkan kerugian.
Grafik: Perbandingan Laba/Rugi Perusahaan dan Pendapatan IMAS 2013-2018
Sumber: Bareksa.com
Dalam laporan keuangan 2017, dijabarkan bahwa di pos bagian atas laba-rugi neto entitas asosiasi terdapat lonjakan kerugian lebih dari empat kali lipat menjadi Rp544 miliar pada 2017, dibandingkan Rp134 miliar pada tahun sebelumnya.
Beberapa perusahaan asosiasi Indomobil yang utama adalah PT Nissan Motor Indonesia (NMI) yang sahamnya dimiliki perusahan sebesar 25 persen, dan PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) dengan kepemilikan sebesar 40 persen dan PT Hino Finance Indoneisa (HFI) sebesar 40 persen.
Adapun kinerja perusahaan asosiasi Indomobil pada akhir 2017 yang merugi adalah NMI, yang mencatat rugi bersih sebesar Rp1,3 triliun. Angka ini melonjak 134 persen dari rugi bersih sebelumnya hanya Rp559 miliar.
Sementara itu, HMSI dan HFI masing-masing masih membukukan untung Rp92 dan Rp26 miliar sepanjang tahun lalu. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.