Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 17 April 2018 :
PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
INCO pada kuartal I 2018 memproduksi 17.141 metrik ton nikel dalam matte. Jumlah tersebut menurun ketimbang periode yang sama tahun lalu yang tercatat 17.224 metrik ton. Angka ini pun lebih rendah ketimbang pencapaian kuartal IV 2017 yang sebesar 19.313 metrik ton.
Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur INCO, menyampaikan produksi di kuartal I memang lebih rendah 11 persen ketimbang peroduksi di kuartal IV tahun lalu. Hal ini disebabkan adanya aktivitas pemeliharaan yang dilakukan perusahaan.
PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)
Kinerja keuangan TAXI semakin melemah sepanjang 2017 lalu dengan capaian pendapatan Rp304,7 miliar, turun 50,7 persen dari capaian 2016 yang sebesar Rp618,2 miliar.
Beban langsung yang ditanggung perseroan mencapai Rp488 miliar, memang lebih rendah dibandingkan Rp580 miliar pada 2016. Namun, beban yang melampaui pendapatan tersebut menyebabkan emiten dengan kode saham TAXI ini menanggung rugi bruto Rp183 miliar.
Ditambah beban umum dan administrasi senilai Rp199 miliar, rugi usaha TAXI menjadi Rp383 miliar. Perseroan masih menanggung rugi beban bunga Rp187 miliar, sementara keuntungan dari penjualan aset tetap hanya Rp45 miliar.
TAXI membukukan rugi bersih Rp491 miliar pada 2017, atau membengkak 166 persen dibandingkan rugi bersih 2016 yang senilai Rp184,5 miliar.
PT Indosat Tbk (ISAT)
ISAT memutuskan meningkatkan target emisi dari penawaran umum berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap III Tahun 2018 dari semula Rp2 triliun menjadi Rp2,72 triliun.
Obligasi ini memiliki peringkat idAAA dari Pefindo dan AAA(idn) dari Fitch Ratings, dan tidak memiliki jaminan khusus. Bertindak selaku penjamin pelaksana emisi efek yakni BCA Sekuritas, CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, DBS Vickers Sekuritas Indonesia, Indo Premier Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas.
Ekspor - Impor Besi dan Baja
Ekapor Impor besi dan baja meningkat kuartal I 2018. Asosiasi industri besi dan baja melihat sudah ada dampak dari perang dagang Amerika Serikat dan Cina.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor besi dan baja pada Maret senilai US$532,6 juta atau naik 64,94 persen dari periode Februari senilai US$322,9 juta.
Sementara pada Januari- Maret 2018 ekspor sebesar US$1,254.9 miliar atau ada kenaikan 125,11 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar US$557,5 juta.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia, Hidayat Triseputro, menjelaskan kenaikan karena terkena imbas Anti Dumping di Amerika Serikat. Hanya saja produk yang diekspor kemungkinan besar bukan jenis baja utama.
PT United Tractors Tbk (UNTR)
UNTR terus mendorong ekspansi tahun ini. Sepanjang tahun 2018, perusahaan milik Grup Astra itu telah menyerap belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp2,5 triliun.
Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR, mengatakan tahun ini nilai capex yang disiapkan mencapai US$850 juta atau setara Rp11,7 triliun.
Artinya, hingga saat ini, UNTR telah menyerap capex sekitar 22 persen dari total anggaran yang disiapkan. Sebagian besar belanja modal itu telah digunakan untuk pembelian alat berat untuk anak usaha UNTR, PT Pamapersada Nusantara. (AM)