Berita Hari Ini : RALS Kaji Tutup Gerai Supermarket, Laba PLN Anjlok 45,7 Persen

Bareksa • 29 Mar 2018

an image
Salah satu gerai Ramayana Lestari Sentosa di Jakarta (Company)

Penyaluran kredit ekspor impor di awal tahun tumbuh hingga 10,95 persen menjadi Rp174,3 triliun dari Rp157,1 triliun

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 29 Maret 2018 :

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)

Emiten peritel, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) tengah mengkaji rencana penutupan divisi supermarket di beberapa gerai lagi pada 2018, untuk mengurangi beban keuangan.

Sekretaris Perusahaan Ramayana Lestari Sentosa, Setyadi Surya, mengungkapkan perseroan pada tahun lalu telah menekan biaya penjualan dengan melakukan efisiensi, melalui penutupan 16 supermarket yang merugi. Strategi penutupan itu pun ternyata berdampak baik pada kinerja emiten peritel ini.

Sebab, pada 2015 dan 2016, kerugian yang dicatatkan divisi supermarket Ramayana Lestari Sentosa masing-masing mencapai Rp80 miliar dan Rp71 miliar.

PT PLN

PT PLN masih belum berhasil membukukan kinerja cemerlang sepanjang tahun lalu. Hal itu dapat dilihat dari perolehan laba bersihnya yang anjlok sampai 45,7 persen pada tahun lalu. Alibinya, harga batubara pada tahun lalu masih mengikuti tren harga pasar atau mengikuti Harga Batubara Acuan (HBA).

Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto, mengatakan pencapaian laba bersih PLN selama 2017 hanya Rp4,42 Triliun. Artinya jika dilihat, capaian tersebut lebih rendah dibanding laba pada periode yang sama tahun lalu Rp8,15 Triliun.

Sementara, lanjut Sarwono, pendapatan usaha meningkat jadi Rp255,29 triliun atau 14,6 persen dari tahun sebelumnya. Pendapatan usaha perseroan meningkat karena adanya pertumbuhan penjualan sebesar 7,1 TWh selama tahun 2017 dibanding 2016.

Penyaluran Kredit Ekspor Impor

Penyaluran kredit ekspor impor di awal tahun ini cukup menggembirakan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kredit ekspor impor di Januari 2018 mampu tumbuh 10,95 persen menjadi Rp174,30 triliun dari Rp157,10 triliun secara tahunan.

Lebih rinci, kredit impor di Januari 2018 tumbuh 40 persen dari Rp43,36 triliun menjadi Rp60,70 triliun. Sedangkan untuk kredit ekspor menurun tipis 0,13 persen menjadi Rp113,59 triliun, dari Rp113,74 triliun di Januari 2017.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)

SGRO akan fokus meningkatkan kinerja operasional perusahaan tahun ini. Peningkatan ini dimulai dari upaya peningkatan produksi, melakukan ekspansi dan efisiensi.

Head of Investor Relations SGRO, Michael Kesuma, menjelaskan tahun ini Sampoerna Agro berupaya untuk fokus mencapai tingkat produksi yang optimal.

Tahun ini produksi minyak sawit (CPO) ditargetkan akan meningkat 15-20 persen dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan data Sampoerna Agro, pada 2017 produksi CPO sebesar 322.761 ton.

PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Emiten penyewa menara telekomunikasi PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk. bakal menggelar pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada 9 April 2018.

Berdasarkan pengumuman BEI  kemarin, seluruh syarat pencatatan efek calon perusahaan tercatat yang diatur dalam Peraturan Bursa Nomor I-A tentang pencatatan saham dan efek bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan oleh perusahaan tercatat telah dipenuhi oleh PT Gihon Telekomunikasi Indonesia.

Perseroan melepas 152,88 juta saham baru dalam IPO ini dengan harga Rp1.170. Dengan demikian, perseroan akan mengantongi tambahan modal baru senilai Rp178,87 miliar. Saham perseroan akan dicatatkan dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada Senin, 9 April 2018.

Jumlah saham yang dilepas ini lebih rendah dari rencana awal 200 juta saham. Dana yang diperoleh ingin digunakan perseroan untuk refinancing pinjaman ke Bank Mandiri senilai Rp150 miliar, selebihnya untuk modal kerja.

PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK)

Produsen cetakan sarung tangan, MARK mencatatkan pertumbuhan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp47,05 miliar pada 2017, tumbuh 122 persen year on year.

Emiten asal Sumatra Utara ini berhasil melampaui target laba yang ditetapkan. Raihan laba tersebut pun sejalan dengan meningkatnya penjualan perseroan.

Sepanjang 2017, nilai penjualan yang dibukukan oleh perseroan senilai Rp239,78 miliar, tumbuh 15,7 persen dari posisi Rp207,22 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Mark Dynamics Indonesia Ridwan mengungkapkan, awalnya, perseroan menargetkan laba senilai Rp32 miliar. Namun, realisasi pada 2017, melampaui target yang ditetapkan. (AM)