Semen Indonesia Catat Laba 2017 Turun 55,4 Persen

Bareksa • 19 Mar 2018

an image
Pekerja memuat sak semen dari truk ke dalam kapal di Pelabuhan Rakyat Kalimas, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (21/2). PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatat, volume penjualan semen sebesar 28,96 juta ton sepanjang tahun 2017, meningkat 10,2 persen year on year (yoy) dari sebelumnya penjualannya sebanyak 26,28 juta ton pada 2016. (ANTARA FOTO/Didik S)

Laba bersih perusahaan semen milik negara ini turun drastis menjadi Rp2 triliun dari Rp4,5 triliun pada 2016

Bareksa.com - Industri semen tanah air masih diselimuti beberapa sentimen negatif, seperti keadaan oversupply yang masih terjadi sejak tahun 2012 lalu dan juga masih rendahnya permintaan dari pasar domestik sendiri. Hal ini juga menjadi pemberat kinerja emiten-emiten semen di Bursa Efek Indonesia. Salah satunya adalah kinerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Berdasarkan laporan keuangan 2017 yang dirilis hari ini 19 Maret 2018, kinerja Semen Indonesia masih kurang memuaskan. Pendapatan emiten semen milik negara ini tercatat naik tipis sebesar 6,4 persen menjadi Rp27,8 triliun dari Rp26,1 triliun pada 2016 lalu.

Hal ini juga diperparah oleh kenaikan beban pokok penjualan sebesar 21,9 persen menjadi Rp19,8 triliun. Kenaikan beban ini langsung membuat laba kotor Semen Indonesia turun 19,2 persen menjadi Rp7,9 triliun dan laba bersih Semen Indonesia juga turun drastis sebesar 55,4 persen menjadi Rp2 triliun dari Rp4,5 triliun pada 2016 lalu.

Seiring dengan penurunan ini, laba per saham dasar SMGR juga turun menjadi Rp340 per lembar saham dari Rp762 per lembar saham pada 2016 lalu.

Secara rinci, pangsa pasar terbesar Semen Indonesia sepanjang 2017 adalah dari pasar domestik, yaitu sebesar 93 persen dan sisanya dari pasar ekspor. Volume penjualan domestik Semen Indonesia pada 2017 hanya naik sebesar 5,5 persen menjadi 27,1 juta ton dari 25,7 juta ton pada 2016. Sementara volume penjualan semen ke pasar ekpor naik siginifikan sebesar 212 persen menjadi 1,8 juta ton.

Meskipun mengalami kenaikan pendapatan pada 2017, Semen Indonesia juga sangat tertekan karena beban yang juga naik. Beban terbesar SMGR adalah dari beban listrik dan beban bahan bakar, keduannya sebesar 43 persen. Beban tersebut juga naik seiring dengan kenaikan harga batu bara dan minyak global. Kenaikan beban inilah yang langsung membuat laba kotor perseroan turun pada 2017.

Sementara itu, diperkirakan tekanan dari kelebihan pasokan (oversupply) karena banyaknya pemain-pemain baru di industri semen dan juga masih belum pulihnya permintaan dari pasar domestik menjadi penekan bagi kinerja Semen Indonesia di masa mendatang.

Sebagai informasi, pergerakan harga saham SMGR juga menunjukkan penurunan sejak akhir Februari lalu. Hingga jeda siang perdagangan hari ini, 19 Maret 2018, harga saham SMGR tetap berada pada level harga Rp10.525 per lembar saham. Dalam sebulan terakhir, harga saham SMGR sudah anjlok 10 persen dari Rp11.700 pada 19 Februari 2018.

Sebagai tambahan dengan penurunan laba per lembar saham tersebut, rasio harga saham terhadap laba atau price-to-earning ratio (PE Ratio) perseroan naik menjadi 31 kali. Jika dibandingkan dengan PE indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sebesar 14 kali, PE perseroan sudah terbilang cukup mahal. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.