Indeks Keyakinan Konsumen Melemah, Bagaimana Prospek Saham-saham Konsumer?

Bareksa • 07 Mar 2018

an image
Produk mie instan Indomie milik PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) di salah satu supermarket - (Company)

IKK Februari 2018 di level 122,5 atau lebih rendah dari Januari 2018 yang di level 126,1

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) pada Selasa, 6 Maret 2018 secara resmi merilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2018. Hasil survei konsumen tersebut menunjukkan keyakinan konsumen tetap berada di level optimistis, meskipun tidak sekuat bulan sebelumnya.

Hal tersebut tercermin dari posisi IKK Februrari 2018 yang masih berada di atas level 100, tepatnya di level 122,5. Namun angka tersebut lebih rendah 2,85 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 126,1.

Penurunan IKK tersebut terutama disebabkan menurunnya indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama/durable goods dan indeks ekspektasi kegiatan usaha pada enam bulan mendatang.

Hasil survei juga mengindikasikan bahwa akan adanya tekanan kenaikan harga pada tiga bulan mendatang, tepatnya pada Mei 2018.

Ekspektasi terhadap peningkatan harga tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan terhadap barang/jasa pada bulan Ramadan serta kekhawatiran konsumen terhadap evaluasi tarif listrik dan harga bahan bakar minyak (BBM) pada triwulan II 2018.

Sementara itu, tekanan harga dalam enam bulan dan dua belas bulan mendatang diperkirakan menurun karena didukung persepsi konsumen terhadap tetap terjaganya ketersediaan barang dan jasa.

Saham-saham konsumer terpantau kompak melemah

Pasca rilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2018, indeks sektor konsumer merespons negatif hasil IKK tersebut dengan ditutup melemah 1,21 persen atau menjadi sektor yang paling turun dalam pada perdagangan, Selasa, 6 Maret 2018.

Beberapa saham berkapitalisasi besar dalam sektor konsumer mengalami pelemahan sehingga membebani pergerakan sektornya dan juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara keseluruhan yaitu saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), serta PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Berikut analisis teknikal saham-saham tersebut :

• HMSP (Rp 4.710, -0,84 persen)

Pergerakan saham produsen rokok ini terlihat masih dalam fase down trend serta melanjutkan pelemahannya untuk hari keempat secara berturut-turut meskipun volume relatif mengalami penurunan. Investor asing terlihat mencatatkan net sell pada perdagangan kemarin senilai Rp19,83 miliar.

• UNVR (Rp 52.525, -2.68 persen)

Saham ini menjadi yang paling terdampak dengan penurunan paling dalam dibandingkan dengan empat saham yang lainnya mengingat produk yang dihasilkan Unilever hampir masuk ke seluruh sendi kehidupan konsumennya.

Secara teknikal, saham UNVR pada perdagangan kemarin membreak down dengan candle black marubozu serta garis MA 60 yang menandakan adanya sinyal bearish akibat tekanan jual cukup tinggi. Selain itu, investor asing juga terpantau melepas saham ini Rp59,76 miliar.

• ICBP (Rp 8.925, -0,83 persen)

Saham produsen mie instan ini terpantau tidak terlalu terpengaruh dengan hanya mencatatkan koreksi tipis. Sebab jika dilihat pergerakan saham ICBP masih dalam fase konsolidasi panjangnya sejak bulan agustus tahun lalu.

Volume relatif kecil menandakan saham ini belum banyak menarik minat pelaku pasar.

• KLBF (Rp 1.560, -2,50 persen)

Pergerakan saham farmasi ini terlihat negatif dengan membentuk bearish candle dengan body yang cukup besar menandakan adanya tekanan cukup tinggi pada saham KLBF yang juga tercermin dari peningkatan volume.

Secara tren, saham ini masih dalam fase down trend sejak awal tahun ini yang ditandai dengan posisi MA 5 < MA 20 < MA 60. Support kuat saham KLBF berada di level Rp1.520.

• INDF (Rp 7.450, -1,97 persen)

Saham ini terlihat membentuk black marubozu yang menggambarkan adanya tekanan cukup tinggi hingga ditutup di level terendahnya. Volume terlihat cukup tinggi menandakan banyaknya aksi jual pada saham ini dengan disertai outflow asing senilai Rp52,32 miliar.

Secara tren, saham INDF masih berada dalam fase down trend sejak akhir Januari 2018 dengan pergerakan harga yang berada di bawah garis MA 5, MA 20, dan MA 60. (AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.