Bareksa.com - Harga saham PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) pada perdagangan Senin, 5 Maret 2018 ditutup menguat 2,32 persen dengan berakhir di level Rp440 per saham. Saham IKAI ditransaksikan sebanyak 3.439 kali dengan nilai transaksi Rp41,69 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham IKAI antara lain OSO Sekuritas (AD) dengan nilai pembelian Rp5,14 miliar, Valbury Sekuritas (CP) Rp3,69 miliar, dan Panca GlobalSekuritas (PG) Rp3,01miliar.
Fundamental IKAI
Secara fundamental, perusahaan yang memproduksi keramik dengan merek “Essenza” ini masih mencatatkan kinerja negatif dengan memperoleh kerugian sepanjang tahun 2017 sebesar Rp52,91 miliar.
Namun kerugian tersebut angkanya lebih kecil dibandingkan tahun 2016 yang sebesar Rp145 miliar. Sepanjang tahun 2017, pendapatan perusahaan bahkan nilainya anjlok sekitar 85 persen jadi Rp12,3 miliar dari capaian periode sebelumnya Rp83,7 miliar.
Kinerja Pendapatan dan Laba IKAI 2012-2017 (Rp miliar)
Sumber : perseroan
Secara historis dalam enam tahun terakhir, perusahaan yang didirikan sejak 1996 ini selalu membukukan kerugian. Adapun dalam tiga tahun terakhir, pendapatan perusahaan terus tergerus yang disebabkan beberapa faktor antara lain permintaan sektor properti yang lesu, tidak dapat bersaing dengan keramik impor dari Cina, dan kenaikan biaya produksi.
Selain itu, perusahaan berencana menyetop seluruh produksi keramiknya pada tahun ini. Perseroan akan menempuh peremajaan pabrik dan akan mengimpor keramik untuk mengisi aktivitas penjualan.
Presiden Direktur PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk, Yohas Raffli, menyampaikan bahwa ada beberapa jenis produk yang lebih efisien diimpor bahkan setelah memperhitungkan biaya logistik, dibanding jika keramik tersebut diproduksi di dalam negeri.
Kendati demikian, perseroan menyebut proses impor hanya merupakan strategi perseroan dalam jangka pendek. Tahun ini, perusahaan berencana mendapatkan pendapatan dari impor sambil menunggu peremajaan pabrik.
Target Agresif
Adapun manajemen perusahaan punya target sangat agresif untuk kinerja keuangannya dalam dua tahun ke depan. Terutama setelah perseroan berhasil melakukan restrukturisasi utang dan memiliki tiga anak usaha di bidang properti.
“Tahun ini kami targetkan pendapatan Rp140 miliar dengan laba Rp24 miliar. Sementara tahun 2019 target pendapatan dan laba masing-masing Rp180 miliar dan Rp36 miliar,” ujar Yohas dalam paparan publik insidentil di Jakarta, Senin, 5 Maret 2018.
Namun Yohas memberi catatan, kontribusi anak usaha bidang properti belum akan tercatat pada tahun ini. Sehingga, kinerja keuangan perseroan masih akan berasal dari bisnis keramik melalui PT Internusa Keramik Alamsri (Inka).
Disamping itu, dengan tetap berjalannya lini bisnis inti, perseroan berharap lini bisnis properti akan memberikan kontribusi mulai kuartal I 2020. Lini bisnis properti ini dijalankan oleh PT Mahkota Artha Mas (MAM), PT Realindo Sapta Optima (RSO) dan PT Mahkota Properti Indo Medan (MPIM).
“Ketiga perusahaan ini melakukan aktivitas dalam pembangunan hotel di Ubud Bali dan Medan. RSO dan MAM merupakan pemilik dari masing-masing 6,9 hektare dan 2,3 hektare lahan di Desa Buahan Kaja, Gianyar, Bali, yang direncanakan akan dikembangkan untuk hotel dan fasilitas pendukungnya. Selain itu perseroan juga akan mengakuisisi MPIM yang memiliki 599 meter persegi tanah di Jalan Iskandar Muda, kota Medan yang masih dalam tahap perencanaan untuk dibangun budget hotel,” imbuh Yohas.
Analisis Teknikal IKAI
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal, candle saham IKAI pada perdagangan kemarin membentuk bullish spinning top. Kondisi tersebut menggambarkan saham ini bergerak positif meskipun dalam rentang yang relatif terbatas.
Volume juga terlihat mengalami penurunan pasca saham berkode IKAI ini diberhentikan sementara (suspensi) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Februari lalu.
Secara tren, saham ini masih dalam fase uptrend dengan posisi harga yang masih terjaga di atas garis MA 5 dan MA 20. Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terlihat telah mendekati area jenuh beli.
Target terdekat saham ini berada di resisten level Rp484 dengan support di level Rp430 per saham. (AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.