Bareksa.com – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) mencatat peningkatan pendapatan sepanjang tahun 2017. Namun, kinerja pendapatan anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tersebut belum tercermin pada laba bersih, yang turun dibandingkan tahun sebelumnya.
GMF mencatat laba bersih senilai US$50,72 juta sepanjang 2017, turun 11,77 persen dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp57,74 juta. Padahal, perseroan membukukan pendapatan sebesar US$439,28 juta pada 2017, meningkat 13 persen dibandingkan pendapatan pada 2016 sebesar US$388,66 juta.
Dalam laporan keuangannya, peningkatan pendapatan GMF tahun lalu diiringi pula oleh kenaikan jumlah beban usaha. Total, beban usaha GMF sepanjang 2017 sebesar US$373,05 juta, meningkat 23,08 persen dibandingkan beban usaha 2016 sebesar US$301,29 juta.
Hal itu menyebabkan laba usaha perseroan turun menjadi US$65,69 juta, dibandingkan tahun sebelumnya senilai US$83,08 juta. Sedangkan laba sebelum pajak GMF sepanjang 2017 senilai US$67,7 juta, turun dibandingkan dengan perolehan 2016 senilai US$76,99 juta.
Sementara itu, total aset GMF pada 2017 sebesar US$539,25 juta, meningkat 21,81 persen dari total aset perseroan pada 2016 sebesar US$442,58 juta. Jumlah liabilitas perseroan pada 2017 tercatat sebesar US$233,36 juta dengan nilai ekuitas sebesar US$305,78 juta.
Sebelumnya, sepanjang 2017, perseroan menargetkan pendapatan sebesar US$424 juta, sehingga perolehan pendapatan GMF tersebut telah melampaui target. Namun, untuk laba bersih, perseroan menargetkan sebesar US$58,3 juta, yang akhirnya tidak sesuai dengan realisasi.
Tambahan Modal
Belum lama ini, GMF mengumumkan bakal melangsungkan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) atau non-preemptive share issue. Perseroan berencana menerbitkan 7,65 persen saham baru untuk investor strategis.
Jumlah saham baru yang akan diterbitkan setara dengan 2,33 miliar lembar saham. Setelah pelaksanaan aksi korporasi yang juga bisa disebut private placement itu, maka kepemilikan saham Garuda Indonesia di GMF akan terdilusi menjadi 82,29 persen dari sebelumnya sebesar 89,10 persen.
Dalam pelaksanaan private placement, GMF berpotensi memperoleh dan sekurang-kurangnya sebesar Rp785,47 miliar. Dana tersebut diperoleh karena berdasarkan peraturan, pelaksanaan penerbitan saham baru sekurang-kurangnya sama dengan harga rata-rata penutupan saham dalam 25 hari terakhir sebelum iklan pemberitahuan.
Rata-rata harga saham perseroan dalam kurun 19 Desember 2017 hingga 25 Januari 2018 tercatat sebesar Rp336 per saham.
Direktur Utama GMF Aero Asia, Iwan Juniarto mengungkapkan, perseroan berharap perusahaan yang akan menjadi investor strategis tidak hanya akan mendukung dalam bentuk dana investasi, tetapi juga transfer knowledge untuk menambah kapabilitas, membawa pasar dan dapat meningkatkan brand GMF.
Perseroan masih belum bersedia mengungkapkan investor strategis yang akan menjadi mitra GMF. Tetapi, Iwan menerangkan bahwa GMF tidak hanya memilih investor strategis dengan penawaran terbaik, perseroan mengharapkan adanya nilai tambah dengan memilih investor strategis tersbut.
Sebelumnya, perseroan akan memilih AirFrance-KLM Group Maintenance, sebagai investor strategis usai mempersempit calon potensial mitra. Untuk itu, GMF akan meminta persetujuan pemegang saham untuk pelepasan 20 persen sahamnya pada Maret dan berharap kesepakatan menandatanganan akan dilakukan segera usai persetujuan diraih. (hm)