Bareksa.com - Harga minyak mentah turun tajam pagi tadi setelah data menunjukkan pasokan minyak Amerika Serikat meningkat pada minggu kedua berturut-turut dengan produksi domestik yang naik di atas 10 juta barel per hari.
Di New York Mercantile Exchange crude futures atau minyak jenis WTI untuk pengiriman Maret turun 2,5 persen ke level US$61,79 per barel, sementara di London Intercontinental Exchange, minyak jenis Brent juga tergerus 2,02 persen di level US$65,5 per barel.
Persediaan minyak mentah AS turun menjadi 1,895 juta barel untuk pekan yang berakhir 2 Februari, di bawah ekspektasi untuk kenaikan 3,189 juta barel.
Persediaan bensin (salah satu produk yang disuling dari minyak mentah) naik 3,414 juta barel, jauh di atas ekspektasi 459.000 barel.
Sementara pasokan distilat (jenis bahan bakar yang mencakup minyak diesel dan pemanas) secara tak terduga naik 3,926 juta barel, hasil yang mengejutkan dari ekspektasi penurunan 1,419 juta barel.
Kenaikan tajam pada persediaan produk seperti bensin dan distilat terjadi justru di tengah perlambatan aktivitas kilang saat penyulingan memasuki masa pemeliharaan musiman. Aktivitas kilang yang rendah mengurangi permintaan minyak mentah, sehingga berkontribusi terhadap persediaan baru-baru ini.
Meningkatnya output AS terus menambah sentimen negatif terhadapa harga minyak mentah setelah angka awal Energy Information Administration (EIA) pada hari Rabu menunjukkan produksi mingguan AS mencapai 10,25 juta barel per hari. Tingkat itu membawa AS mendekati output produsen top dunia seperti Arab Saudi dan Rusia.
Peningkatan produksi AS yang sedang berlangsung secara luas dipandang sebagai salah satu pengaruh terbesar untuk harga minyak, karena mengancam upaya pemangkasan produsen minyak utama dunia untuk menyingkirkan kelebihan pasokan pasar sebagai bagian dari kesepakatan pemotongan produksi oleh OPEC. (AM)