Bareksa.com - Manajemen PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI), dalam keterbukaan informasinya mengklarifikasi informasi pembangunan LRT Jabodetabek. “Pengembangan proyek LRT akan dilakukan oleh PT Ratu Prabu, selaku pemegang saham Ratu Prabu Energi,” jelas manajemen perseroan, Senin, 8 Januari 2018.
Sementara itu, Burhanudin Bur Maras selaku Direktur Utama Ratu Prabu Energi mengatakan untuk membangun megaproyek tersebut perseroan akan mencari sumber dana eksternal. Menurut Bur Maras, tidak mungkin dia membiayai proyek tersebut menggunakan dana pribadi. (Baca : Bukan ARTI yang Akan Bangun LRT Rp405 Triliun, Ini Kata Bos Ratu Prabu)
Pekan lalu, Bur Maras mengaku sudah berkomunikasi dengan perbankan asal Cina, Korea Selatan dan Jepang. Ketiga bank tersebut telah menyatakan minatnya untuk mendanai proyek tersebut. (Lihat : Sejak Kabar Ratu Prabu Bangun LRT, Volume Transaksi Saham ARTI Melonjak)
Dalam 5 Tahun Terakhir, ARTI Hanya Berutang dengan Bank Mega
Menurut penelusuran Bareksa sejak 2013 emiten Ratu Prabu tidak pernah melakukan transaksi yang bersifat utang jangka panjang dengan bank Asing. Mengacu pada laporan keuangan 2012 hingga kuartal III 2017, perseroan paling banyak mencari sumber dana kepada Bank Mega atau bank lokal dengan beban bunga 13,5 persen per tahun pada 2012 – 2013 dan 10 persen per tahun sejak 2013 hingga saat ini. (Baca : Ratu Prabu Mau Bangun LRT Rp405 Triliun, Siapakah Pemiliknya?)
Pertumbuhan Utang ARTI dengan Bank Mega
Sumber : Laporan Keuangan, diolah Bareksa
Beban Bunga Berpotensi Turun
Jika perbankan asal Cina, Korea Selatan dan Jepang merealisasikan untuk mendanai proyek tersebut, besar kemungkinan beban bunga yang akan dikenakan bisa berada di bawah 10 persen atau lebih rendah jika dibandingkan beban bunga ARTI selama ini dalam 5 tahun terakhir dengan Bank Mega. (Lihat : Saham Masih Gocap Tapi Ratu Prabu Mau Bangun LRT Rp405 Triliun, Ini Keuangannya)
Perbandingan Tingkat Suku Bunga
Sumber : Bareksa.com
Hal itu dapat terlihat di mana tingkat suku bunga di dua negara tersebut lebih rendah jika dibandingkan Indonesia hingga awal tahun ini. Hanya saja Cina mempunyai suku bunga lebih tinggi 10 basis poin dibanding Indonesia. (AM) (Baca : Hati-hati ARTI Kena Radar Bursa; Daewoo Securities Jadi Pemborong)