Kemdag Patok Harga Ayam dan Telur, Saham Peternakan Berguguran

Bareksa • 09 Jan 2018

an image
Pekerja memberi pakan ayam potong di peternakan kawasan Cilodong, Depok, Jawa Barat, Rabu (23/3). Sejumlah peternak ayam di kawasan itu mengaku khawatir dengan mewabahnya flu burung di sejumlah daerah karena dapat membuat omset mereka menurun. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Saham CPIN, JPFA, MAIN dan SIPD tertekan pada perdagangan 8 Januari akibat sentimen rencana Kemdag patok harga

Bareksa.com - Kabar kurang mengenakkan menghampiri industri pakan ternak di Indonesia. Tahun ini, Kementerian Perdagangan (Kemdag) berencana mematok harga jual daging dan telur ayam di tingkat produsen hingga konsumen.

Rencana ini muncul ke permukaan mengingat liarnya harga daging dan telur ayam pada awal tahun ini. Berdasarkan data Kemdag, per 4 Januari 2018 harga daging ayam mencapai Rp33.829 per ekor, sementara telur ayam naik hingga Rp25.824 per kilogram. (Baca : Harga Ayam dan Telur akan Diatur, Saham CPIN Anjlok 9 Persen)

Saat ini, pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen telah menetapkan harga acuan tertinggi daging ayam di tingkat peternak Rp18.000 per kilohgram dan di tingkat konsumen Rp32.000 per kilogram. Kemudian harga acuan tertinggi telur ayam di tingkat peternak Rp18.000 per kilogram, sementara di tingkat konsumen Rp22.000 per kilogram.

Namun, pemerintah menilai penetapan harga acuan itu kurang efektif dalam mengendalikan harga daging ayam dan telur. Alhasil, pemerintah akan memperketat kendali harga bahan pangan ini agar tidak bergerak liar dalam rentang terlalu lebar. (Lihat : Banyak Syarat Harus Dipenuhi, Apakah Charoen Pokphand Jadi Ambil 7-Eleven?)

Saham-saham pakan ternak berguguran

Menanggapi pemberitaan rencana pematokan harga daging dan telur ayam tersebut, mayoritas saham-saham pakan ternak terpantau melemah cukup dalam pada perdagangan Senin, 8 Januari 2018.

1. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

Sumber : Bareksa.com

Saham CPIN secara intraday terlihat sudah mengalami tekanan sejak awal perdagangan. Alhasil, CPIN ditutup anjlok 8,61 persen ke level Rp3.290 disertai dengan aksi distribusi cukup besar, kemudian investor asing juga mencatatkan net sell Rp7,15 miliar. (Baca juga: Pelepasan 7-Eleven Belum Kelar, Transaksi Saham MDRN Kembali Ramai)

2. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)


Sumber : Bareksa.com

Tidak berbeda, saham JPFA juga terlihat mengalami pelemahan sejak awal pembukaan, kemudian cenderung stabil bergerak di zona merah hingga akhir perdagangan dan ditutup terkoreksi 3,95 persen. Secara broker summary tidak terlihat adanya aksi distribusi signifikan pada saham ini, selain itu investor asing juga masih mencatatkan net buy tipis Rp1,7 miliar. (Baca : Japfa Comfeed Kembali Buyback Saham, JPFA Melonjak 11,2 Persen Hari Ini)

3. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)


Sumber : Bareksa.com

Saham MAIN juga terlihat langsung dibuka melemah dua tick dibandingkan penutupan akhir pekan lalu, kemudian cenderung bergerak stabil dalam kisaran Rp 720 – Rp 730 dan ditutup melemah 2,70 persen. Secara teknikal pergerakan MAIN terlihat masih dalam fase downtrend. (Lihat : Harga Ayam Naik, Saham Peternakan MAIN CPIN JPFA Kompak Positif)

4. PT Sierad Produce Tbk (SIPD)


Sumber : Bareksa.com

Saham SIPD sejak awal perdagangan juga terpantau tertekan hingga penutupan perdagangan sesi I. Namun dalam sesi II, saham yang tidak terlalu likuid ini berhasil rebound terutama pada saat pre closing hingga akhirnya ditutup menguat tipis 1,01 persen. Secara teknikal, pergerakan SIPD terlihat masih melanjutkan middle uptrend. (Baca : Harga Naik Tidak Wajar, Saham SIPD Terkena Radar UMA)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut