Berita Hari Ini : Strategi Minuman ICBP, Target Laba PTPP

Bareksa • 04 Jan 2018

an image
Gedung PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) - (Company)

TRAM suntik anak usaha, BNII belum cari investor WOM, SIDO tingkatkan kapasitas

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 4 Januari 2018 ;

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

Emiten dengan kode saham ICBP menyiapkan strategi baru di bisnis minuman. Hal ini dilakukan usai Asahi Group Holdings Ltd melepas sahamnya di perusahaan minuman yang dibentuk oleh keduanya. Per 31 Desember 2017 lalu, Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd melepas kepemilikan sahamnya di perusahaan patungan dengan ICBP, yakni PT Asahi Indofood Beverage Makmur (AIBM) dan PT Indofood Asahi Sukses Beverage (IASB).

Dua perusahaan patungan ini didirikan pada 2012 lalu untuk melancarkan aksi ICBP masuk ke bisnis minuman non alkohol. Asahi memiliki 51 persen saham di AIBM dan 49 persen saham di IASB.

Saham milik Asahi itu akan dibeli oleh anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), yakni PT Prima Intipangan Sejati. ICBP dan Prima Intipangan telah menandatangani perjanjian jual beli saham untuk membeli 617.100 saham AIBM dan 632.100 saham IASB. Nilainya sebesar US$ 20 juta

PT PP (Persero) Tbk (PTPP)

Emiten dengan kode saham PTPP ini membidik laba bersih Rp2,1 triliun pada 2018 atau meningkat 22 persen dibandingkan perkiraan realisasi 2017. Perseroan membidik kontrak baru Rp49,1 triliun pada 2018 atau naik 20 persen dibandingkan dengan perkiraan realisasi 2017.

Dari target kontrak tersebut, emiten berkode saham PTPP itu membidik pendapatan Rp28,5 triliun pada 2018 atau tumbuh 21 persen dibandingkan perkiraan realisasi 2017. Namun sampai saat ini, perusahaan belum mengumumkan kinerja per 31 Desember 2017.

Laba perusahaan pada 2017 disumbang oleh bisnis induk usaha dan anak usaha. Untuk induk usaha, 58 persen kontribusi berasal dari kegiatan usaha konstruksi, 42 persen dari kegiatan reguler dan 16 persen dari rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC).

PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM)

Emiten dengan kode saham TRAM ini menggulirkan penyertaan modal senilai Rp1,83 triliun kepada PT Semeru Infra Energi (SIE) dan PT Black Diamond Energi (BDE) sebagai pemegang saham PT Gunung Bara Utama. Penambahan suntikan modal itu termuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham SIE dan BDE.

Dalam akta tersebut, perseroan akan menyetor Rp1,46 triliun kepada SIE sehingga modal disetor dan ditempatkan SIE meningkat menjadi Rp1,96 triliun. Selain itu, TRAM juga menggulirkan Rp373 miliar agar modal disetor dan ditempatkan BDE naik menjadi Rp473 miliar.

PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII)

Emiten bank dengan kode saham BNII belum mencari calon investor lain untuk mengakuisisi anak usahanya yang bergerak di bisnis multifinance yakni PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk atau WOM Finance. Sebelumnya, Maybank Indonesia sempat menjajaki peluang pelepasan 68,55 persen saham yang dimiliki di WOM Finance kepada PT Reliance Capital Management pada Mei 2017, tetapi kemudian aksi korporasi itu tidak terealisasi.

Untuk saat ini Maybank Indonesia masih memilih untuk fokus melanjutkan pengelolaan atas perusahaan penyedia jasa pembiayaan sepeda motor tersebut. Bahkan, Maybank Indonesia, masih memiliki cukup modal untuk menjalankan bisnis pembiayaan kendaraan bermotor sehingga hingga saat ini belum ada rencana suntikan dana tambahan.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Emiten dengan kode saham SIDO berencana meningkatkan kapasitas produksinya dengan memperluas utilitas pabrik yang ada saat ini menjadi dua kali lipat. Rencana tersebut akan mulai direalisasikan pada April 2018. Pada April nanti akan diresmikan pabrik baru yang akan memproduksi produk khususnya dalam bentuk cair.

Pabrik tersebut akan memanfaatkan teknologi yang serba otomatis sehingga dapat meningkatkan produksi lebih besar dari saat ini. Hingga akhir 2016, SIDO memiliki kapasitas produksi sekitar 80 juta saset per bulan. Adapun, tingkat utilisasinya mencapai 85 persen. (AM)