Pasar Modal 2017 : Membawa Startup Go Public

Bareksa • 29 Dec 2017

an image
Ilustrasi bisnis startup. (Stockertop/123RF)

BEI sudah membina 44 perusahaan startup melalui IDX Incubator

Bareksa.com - Tidak sia-sia langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan program inkubasi bisnis bagi perusahaan rintisan alias startup dengan tajuk IDX Incubator pada akhir Maret 2017. Program dengan tujuan membina dan memonetisasi bisnis startup agar memenuhi persyaratan untuk menjadi perusahaan tercatat di BEI itu pun langsung membuahkan hasil.

Pasar modal bisa menjadi salah satu sumber pendanaan bagi perkembangan bisnis startup. Seperti yang selalu disampaikan Direktur Utama BEI Tito Sulistio. “Jangan tunggu besar untuk masuk ke pasar modal. Tapi mari menjadi besar dengan masuk ke pasar modal,” kata Tito dalam beberapa kali kesempatan.

Gayung pun bersambut, PT Kioson Komersial Indonesia Tbk pada akhirnya menjadi startup pertama yang sahamnya diperdagangkan di BEI. Saat pencatatan saham dengan kode KIOS, Tito juga berujar bahwa BEI mendukung dan menyediakan fasilitas bagi perusahaan startup sehingga tidak hanya perusahaan besar saja yang bisa mencatatkan sahamnya di BEI.

Kioson saat IPO hanyalah sebuah perusahaan dengan aset Rp44,82 miliar dengan ekuitas Rp31,84 miliar. Dengan ukuran itu, Kioson memperoleh omzet Rp25,9 miliar. Bahkan, saat IPO, Kioson masih membukukan kerugian Rp4,4 miliar.

Direktur Utama Kioson Jasin Halim, mengatakan perseroan meraup dana Rp45 miliar dari gelaran IPO itu. Dan sebagian besar dana segar tersebut menjadi bagian rencana Kioson untuk menjadi besar dengan mengakuisisi sebuah perusahaan agregator e-voucher. Tidak hanya itu, Kioson ingin memiliki mitra kios hingga 30 ribu pada akhir 2017.

“Pada 2019, kami ingin masuk ke seluruh kota di Indonesia dengan target mitra kios hingga 100 ribu,” ujar Jasin saat itu.

Yang paling menarik dari IPO Kioson adalah harga sahamnya yang terus menanjak. Bayangkan saja, harga saham KIOS saat IPO adalah Rp300 dan pernah mencapai Rp3.310 hanya dalam kurun waktu dua pekan perdagangan. Artinya, harga saham KIOS pernah naik 1.003 persen. Bayangkan keuntungan kita yang memiliki KIOS pada harga perdana.

Grafik: Pergerakkan Saham KIOS Sejak IPO Hingga 28 Desember 2017

Sumber: Bareksa.com

Realisasi IPO Kioson ikut mengundang minat perusahaan startup lainnya. Adalah PT M Cash Integrasi Tbk yang akhirnya ikut mewarnai saham startup di pasar modal Indonesia.

Sejatinya, M Cash ingin jadi startup yang pertama melantai di bursa sebelum akhirnya tersalip Kioson. Meski begitu, saham M Cash dihargai lebih mahal oleh para investor.

Sebanyak 216.983.300 saham MCAS dihargai Rp1.385 di pasar perdana. Hasilnya, manajemen M Cash mengantongi dana segar Rp300,52 miliar. Jumlah dana yang tidak sedikit untuk sebuah startup yang saat itu punya pendapatan Rp269 miliar dengan laba bersih Rp3 miliar.

Grafik: Pergerakkan Saham MCAS Sejak IPO Hingga 28 Desember 2017

Sumber: Bareksa.com

Penilaian Akuntansi

Dari realisasi IPO startup pada tahun ini, Tito sebenarnya melihat, baik Kioson dan M Cash bisa dikatakan sebagai startup plus. Hal ini karena keduanya sudah memiliki manajemen dan keuangan yang baik serta mempunyai aset yang mumpuni.

BEI sendiri saat ini lebih mengutamakan pembinaan perusahaan startup dalam IDX Incubator yang saat ini berjumlah 44 perusahaan. “Yang di Incubator ini justru benar-benar startup yang memang memulai dari awal, anak-anak muda yang awalnya punya modal Rp50 juta sampai Rp100 juta. Ini yang kami bina untuk bisa siap masuk ke bursa,” ujar Tito.

Pembinaan para perusahaan startup dalam Incubator ini pun dibarengi dengan penilaian keuangan dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam hal ini, Tito menjelaskan, IAI masih melakukan kajian agar bagaimana aset-aset startup yang tak berwujud untuk bisa masuk dalam perhitungan laporan keuangan.

Menurut Tito, aset tak berwujud startup seperti ide dan sistem yang digunakan itulah yang sebenarnya punya nilai besar. “Hasil IAI belum keluar, harusnya selesai 15 Desember kemarin. Kalau aset-aset itu masuk ke PSAK, maka asetnya bisa besar,” ungkap Tito.

Tito pun memperkirakan pada kuartal I tahun depan, sudah ada perusahaan startup di dalam Incubator yang siap melepas sahamnya ke publik. Hitungan Tito, setidaknya ada lima perusahaan yang telah memiliki potensi. (AM)