Target 2018 PP Properti dan Sisa Kejayaan Saham PPRO

Bareksa • 20 Dec 2017

an image
Direktur Utama PT PP Properti Tbk Taufik Hidayat (ketiga kanan), didampingi Komisaris Independen M. Farela (kiri), Direktur Pengembangan Bisnis Giyoko Surahmat (kedua kiri), Direktur Keuangan & SDM Indaryanto (kedua kanan) dan Direktur Realty Galih Saksono (kanan), menerima penghargaan IDX Top Ten Best Blue 2016 oleh Dirut BEI Tito Sulistio

Saham PPRO sudah turun 45,67 persen sejak stock split

Bareksa.com – PT PP Properti Tbk (PPRO) yakin atas pencapaian kinerja yang melebihi target. Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh beberapa pelaksanaan ground breaking proyek apartemen sepanjang tahun 2017 ini.

Setidaknya ada lima proyek apartemen perseroan yang berlokasi di Bekasi, Bandung, Surabaya dan Malang. “Pemasaran dari proyek-proyek yang ground breaking telah mencapai minimal 60 persen, sehingga sebagai bentuk komitmen kami ke konsumen ground breaking langsung kami laksanakan,” ujar Direktur Utama PPRO Taufik Hidayat dalam keterangannya, Rabu, 20 Desember 2017. (Baca : Berita Hari Ini : PPRO Terbitkan Obligasi Rp1,6 T, SRIL Akuisisi Dua Perusahaan)

Pemasaran (pre sales) Perseroan pada tahun ini ditargetkan mencapai Rp3 triliun atau tumbuh 21 persen dari perolehan tahun 2016, kontribusi terbesar atas pencapaian pemasaran di 2017 antara lain dari proyek Grand Kamala Lagoon (24 persen), Grand Shamaya Surabaya (18 persen), Alton Semarang (11 persen), Evencio Depok (10 persen), Begawan Malang (9 persen) dan juga kontribusi dari beberapa proyek realti serta commercial lainnya.

Sokongan dari aktifitas belanja modal selama 2017 ini juga mendorong pencapaian target pendapatan usaha hingga mencapai angka sekitar Rp2,7 triliun atau naik 26 persen dari pencapaian 2016 sebesar Rp2,1 triliun. Dengan pencapaian pada angka pemasaran dan pendapatan usaha, manajemen yakin laba bersih Perseroan juga akan terdorong naik. (Lihat : PP Properti Bakal Terbitkan Surat Utang Lebih Dari Rp1 Triliun Tahun Depan)

“Kami optimis memperoleh laba bersih di 2017 sekitar Rp440 miliar, tumbuh 21 persen dari tahun sebelumnya,” pungkas Taufik.

Saham PPRO

Kekuatan fundamental keuangan perseroan ternyata belum mampu mengangkat saham PPRO sejak resmi memecah nonimal saham (stock split) pada 16 Februari 2017. Hingga 19 Desember 2017, saham PPRO dalam grafik menurun. (Baca : " Saham PPRO Menguat 11,4 Persen, Apa Sentimennya? )

Saham PPRO juga sempat menyentuh level penutupan terendahnya sejak stock split pada 5 Desember 2017. Saat itu, harga saham PPRO menutup hari ke level Rp175. Adapun penurunan saham PPRO sejak stock split hingga 19 Desember 2017 mencapai 45,67 persen dari Rp346 menjadi Rp188.

Sekadar mengingatkan, PPRO pertama kali diperdagangkan pada 19 Mei 2015 dengan melepas 4,91 miliar saham dengan harga penawaran Rp185. Tahun pertama PPRO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun dilalui dengan penurunan 3,78 persen menjadi Rp178. (Lihat : Harga Saham Emiten Properti Melesat, Ini Analisa Teknikal APLN dan PPRO)

Grafik: Pergerakkan Saham PPRO Sejak Stock Split Hingga 19 Desember 2017

Sumber: Bareksa.com

Namun pada tahun kedua, saham PPRO menjadi fenomena sebagai salah satu saham paling disoroti para investor. Bagaimana tidak, harga saham PPRO naik drastis dan menutup tahun 2016 pada level Rp1.360 atau naik 664,04 persen.

Pergerakan saham PPRO pun membawanya jadi salah satu saham yang masuk sebagai IDX Best Blue 2016. Predikat ini yang mengutip istilah blue chip merupakan kumpulan saham yang paling likuid ditransaksikan oleh investor sehingga diharapkan predikat ini dapat melambangkan pencapaian kesuksesan perusahaan dengan diikuti kepercayaan dan kekaguman dari kalangan investor dan pemegang sahamnya.

Sampai akhirnya, perseroan membawa agenda stock split untuk dibahas pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada pertengahan Januari 2017. Saat itu juga, perseroan meminta persetujuan untuk menggelar penawaran umum terbatas dengan target dana Rp1,5 triliun.

Ke depan, akan menarik lagi menyimak bagaimana performa saham PPRO. Apalagi, Taufik menyampaikan, tahun 2018 bagi adalah tahun harvesting PPRO yang akan fokus produksi landbank yang telah dimiliki. Taufik menjelaskan, belanja modal sekitar Rp1,8 triliun tahun depan diutamakan untuk pembayaran cicilan landbank yang dibeli tahun sebelumnya. (Baca : Berita Hari Ini : PPRO Terbitkan MTN Rp200 M, PTBA Investasi Listrik US$600 Juta)

“Adapun Perseroan menargetkan pertumbuhan pemasaran tahun 2018 sebesar 25 persen-30 persen dengan laba bersih tumbuh sekitar 20 persen-25 persen,” tambah Taufik. (hm)