Bareksa.com – Saham PT Indofarma Tbk (INAF) kembali bergejolak setelah kemarin (Senin, 11 Desember 2017) mendapat status unusual market activity atau UMA dari Bursa Efek Indonesia. Pada perdagangan hari ini (Selasa, 12 Desember 2017), saham INAF kembali menguat.
Terlihat dari penutupan perdagangan sesi I, saham INAF melonjak 14,33 persen dari penutupan kemarin Rp3.280 menjadi Rp3.750. Nilai, frekuensi, dan volume transaksi saham INAF pun terbilang cukup besar.
Dalam setengah hari, transaksi saham INAF mencapai 113.699 lot dengan frekuensi 808 kali bernilai Rp42,27 miliar. (Baca : Butuh Rp100 Miliar, Indofarma Akan Ajukan Rights Issue Tahun Depan)
Sebenarnya, penguatan saham INAF sudah terjadi sejak 30 November 2017. Saat itu, penguatan saham INAF terjadi secara beruntun hingga 6 Desember 2017. Jika dikalkulasikan, penguatan saham INAF pada periode tersebut mencapai 25,24 persen dari Rp2.450 pada 29 November 2017 menjadi Rp3.120.
Setelah itu, saham INAF sempat melemah 2,56 persen pada 7 Desember 2017 sebelum akhirnya kembali menguat 15,79 persen pada perdagangan 8 Desember 2017. Melihat fluktuasi transaksi saham INAF, akhirnya BEI pun menetapkan status UMA pada 11 Desember 2017. (Lihat : Saham INAF Amblas 50% Sejak Awal Tahun, Ini Penyebabnya!)
Sebenarnya, saham INAF sempat menjadi fenomena di sepanjang 2016. Sebab sepanjang tahun lalu, harga saham INAF naik 2.685,7 persen dari Rp168 pada akhir 2015 menjadi Rp4.680 pada akhir 2016.
Namun sepanjang 2017 ini, fenomena harga saham INAF tidak seperti tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, saham INAF masih bergerak dalam tren negatif karena secara year to date hingga 11 Desember 2017, harga saham INAF sudah turun 29,9 persen dari Rp4.680 menjadi Rp3.280.
Bahkan pada tahun ini, saham INAF menyentuh level terendahnya sejak 29 September 2016 di level Rp2.100. (Baca : Pergerakan SMRU, BEKS, dan INAF Paling Sering Kena UMA di 2016)
Pergerakkan Saham INAF Periode 30 Desember 2016 – 11 Desember 2017
Sumber: Bareksa.com
Sebelum bergerak liar dalam beberapa hari ke belakang, BEI mencermati laporan keuangan INAF periode akhir Juni 2017. Saat itu, BEI menanyakan status peningkatan jumlah piutang jatuh tempo sebesar 59,85 persen. (Baca : Saham SMBR, INAF, dan PTBA Terkoreksi di Awal 2017, Wajarkah?)
Atas permintaan konfirmasi BEI, manajemen Indofarma menyampaikan, hal terseut karena adanya keterlambatan pelunasan pembayaran piutang dari pelanggan dan meningkatnya transaksi penjualan kepada para pelanggan.
Meski begitu, perseroan yakin piutang tersebut akan tertagih karena merupakan transaksi dengan pihak berelasi dan beberapa ada yang sudah dijamin dengan bank garansi.
Terlepas dari itu, sejauh ini Indofarma memang baru menyampaikan laporan keuangan semester I 2017. Pada periode ini, Indofarma mengalami peningkatan kerugian dari Rp27,86 miliar menjadi Rp53,54 miliar. Kerugian ini merupakan dampak adanya peningkatan beban penjualan dari Rp332,18 miliar menjadi Rp368,8 miliar. (Lihat : Laba Bersih Indofarma 2016 Hanya Berkisar Rp7 Miliar, Kenapa?)
Meski begitu, beberapa waktu lalu, manajemen perseroan mengumumkan akan menggelar public expose tahunan pada Jumat, 22 Desember 2017 mendatang. (AM)