Bareksa.com – Harga minyak mentah jenis Brent menembus US$65 per barel hari ini. Level itu merupakan harga tertinggi sejak 2015, menyusul penutupan pipa jaringan Laut Utara Forties.
Penutupan pipa jaringan tersebut akan menurunkan pasokan secara signifikan setelah sebelumnya pasar mengetat akibat pemangkasan produksi yang dilakukan oleh negara-negara pengekspor minyak (OPEC).
Harga minyak Brent LCOc1, patokan harga minyak internasional, berada di level US$ 69,29 per barel pada 02.53 GMT, atau naik 0,9 persen atau 60 sen dari harga penutupan sebelumnya. Level ini adalah pertama kalinya, sejak minyak Brent naik di atas US$65 per barel pada Juni 2015. (Baca : Ini Hitungan Harga Teoritis Saham MEDC Sehingga Anjlok 10 Persen Pada 8 Desember)
Tidak berbeda, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) CLc1 di level US$58,3 per barel, naik 31 sen atau 0,5 persen dari sebelumnya.
“Harga minyak Brent bisa naik lebih tinggi lagi, seiring penutupan jaringan pipa Laut Utara Forties dilakukan dalam beberapa pekan karena ditemukan beberapa retakan. Jaringan pipa ini adalah komponen penting bagi patokan Brent,” ujar analis senior OANDA, Jeffrey Halley, seperti dilansir Reuters (12/12). (Lihat : Harga Minyak Turun, Saham Emiten Tambang Berguguran)
Jaringan pipa minyak Fortis di Inggris adalah merupakan yang terbesar di negara itu dengan kapasitas 450.000 barel per hari. Jaringan pipa itu harus ditutup pada Senin, waktu setempat setelah terungkap adanya retakan.
“Reaksi pasar menunjukkan bahwa di saat pengetatan pasar, apapun yang terkait dengan isu pasokan akan langsung berdampak pada kenaikan harga,” demikian diungkap hasil riset ANZ Bank. (Baca : Harga Minyak Kembali Terkoreksi, Saham ELSA Dan MEDC Ikut Rontok)