Bareksa.com - Harga saham emiten yang bergerak di bidang minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sedang dalam tren mendatar sejak delapan tahun yang lalu. Meskipun demikian, fund manager melihat potensi kenaikan saham-saham CPO pada kuartal keempat tahun ini.
Riset Sucor Asset Management yang dibagikan pada nasabah menunjukkan bahwa sektor agribisnis, yang terutama didorong oleh CPO tersebut, tidak banyak bergerak. Pasca menyentuh rekor tertingginya pada 2011, sampai saat ini indeks sektor agribisnis masih mendatar, tidak terpengaruh isu munculnya fenomena cuaca El Nino dan La Nina yang menyebabkan produksi CPO turun.
Meskipun demikian, riset tersebut melihat bahwa ada potensi sektor CPO untuk bisa menunjukkan kinerja baik pada kuartal keempat tahun ini. Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari potensi tersebut.
Grafik: Pergerakan Indeks Agri di Bursa Efek Indonesia 8 Tahun
Sumber: Bareksa.com
Pertama, produksi pada Agustus-Oktober tahun ini diperkirakan tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Padahal, biasanya dalam periode tersebut produksi CPO di Malaysia mencapai puncaknya.
Oleh sebab itu, sesuai dengan prinsip permintaan dan pasokan (supply and demand), produksi yang mengecewakan di akhir tahun 2017 membuka peluang stock CPO di Malaysia bergerak turun.
Kedua, harga CPO cenderung berlawanan dengan inventory CPO. Artinya, bila produksi diprediksi turun, dan investory turun, maka harga CPO akan menguat (bullish).
"Menurut estimasi kami, investory CPO akan kembali turun ke level 1,5 juta ton pada kuartal pertama 2018 ini, atau bahkan lebih rendah," tulis Billy Budiman, fund manager Sucor Asset Management, dalam riset tersebut.
Ketiga, dengan katalis invetory akan turun dan harga CPO akan naik, Sucor melihat bahwa saham CPO tidak wajar diperdagangkan dengan valuasi terendah dalam delapan tahun terakhir. Valuasi ini dilihat dengan perbandingan harga terhadap laba per saham (price to earning/PE ratio).
Adapun dua emiten CPO yang bisa menjadi contoh kasus ini adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).
Grafik: Pergerakan PE Ratio Saham AALI dan LSIP Sejak 2007
Sumber: Riset Sucor Asset Management
Selain itu, Sucor memandang valuasi emiten-emiten CPO yang dilihat dari nilai perusahaan (enterprise value/EV) per hektare juga terbilang murah. Ditambah lagi, ada potensi La Nina pada kuartal pertama 2018.
"Kami melihat bahwa saham CPO punya potensi untuk perform dua kuartal ke depan," tulis riset tersebut.