Bareksa.com – PT Bank BRISyariah, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menargetkan jadi bank syariah nomor satu di Indonesia dalam jangka menengah. Target itu terkesan ambisius karena posisi saat ini BRISyariah masih sebagai bank syariah terbesar keempat. Perseroan menyiapkan sejumlah alternatif pendanaan untuk meningkatkan modalnya.
“Dengan bersinergi bersama induk usaha, dalam kurun jangka menengah kami menargetkan bisa menjadi bank syariah nomor satu,” kata Presiden Direktur BRISyariah, Mochamad Hadi Santoso, di Jakarta, Selasa, 21 November 2017.
Ekuitas BRISyariah hingga semester III 2017 tercatat sebesar Rp2,5 triliun. Rencananya perseroan akan sesegera mungkin meningkatkan modalnya menjadi Rp5 triliun, sehingga perseroan masuk ke dalam kategori bank BUKU 3.
Sejumlah alternatif pendanaan tengah dipertimbangkan perseroan, di antaranya melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO). Di samping itu, perseroan juga tengah mengkaji pertumbuhan melalui pengembangan organik dan anorganik.
Bagaimana strategi BRISyariah menjadi bank BUKU 3 dan mewujudkan jadi bank syariah terbesar nomor satu di Indonesia? Berikut wawancara Bareksa dengan Hadi Santoso di Jakarta, pekan lalu.
Bagaimana pertumbuhan kinerja keuangan perseroan tahun ini?
Hingga September 2017, total aset BRISyariah mencapai Rp30,44 triliun, melampaui target atau 102 persen dari target. Sementara dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp25,3 triliun atau 106 persen dari target. Sedangkan pembiayaan sampai pertengahan November Rp18,6 triliun, baru 93 persen dari target. Target kami tahun ini Rp20 triliun. Kami masih akan terus dorong pembiayaan dan optimistis mencapai target.
Bagaimana target keuangan perseroan tahun depan?
Tahun depan kami mengharapkan growth semakin bagus. Ekonomi makro Indonesia tahun depan sepertinya akan lebih bagus dibangingkan 2017. Apabila ekonomi makro tumbuh bagus, akan baik juga bagi perbankan. Dengan kondisi sekarang saja kami bisa tumbuh relatif stabil, kalau ekonomi tahun depan bagus growth kami juga bisa lebih bagus.
Target kami tahun depan tumbuh 14 persen untuk pembiayaan, pertumbuhan keuangan rata-rata perseroan double digit.
Apa Pilkada serentak yang berlangsung tahun depan akan berpengaruh terhadap industri perbankan?
Saya melihatnya, Pilkada itu adalah pesta. Jika pesta maka ada yang bergembira sehingga ekonomi masyarakat terdorong. Kalau ekonomi masyarakat terdorong peran bank juga akan meningkat. Antara politik dan ekonomi itu pararel. Meskipun politik bergejolak ekonomi tetap tumbuh. Saya berharap tahun depan seperti itu.
Apa pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun depan?
Jika sebagian infrastruktur sudah jadi, pergerakan komoditas akan lebih bagus sehingga ekonomi akan berjalan. Saat ini kita merasakan dengan telah selesainya beberapa proyek infrastruktur. Kemacetan lalu lintas sudah mulai terurai, jadi bisnis lebih terurai. Tahun depan harapan saya infrastruktur sudah ada yang tuntas, entah proyek antar provinsi dan antar pulau.
Bagaimana proyeksi penetrasi penyaluran kredit perseroan tahun depan?
Kalau kami tersebar, bahkan beberapa pembiayaan kami di daerah Kendari tumbuh cepat, di daerah Jambi, Bengkulu, Pontianak dan Jawa cepat. Kalau di Jawa itu memang beberapa proyek infrastruktur ada di sini, tapi di luar jawa juga banyak infrastruktur, Tol Sumatera, Bitung-Manado. Bahkan kalau kita lihat beberapa lapangan terbang diperpanjang landasan udaranya, itu otomatis ekonomi berkembang. Tetapi kontribusi pembiayaan dari Jawa masih tetap berkontribusi lebih besar.
Proyek infrastruktur sangat mendorong, kita perhatikan pegerakan komoditas jadi lebih lancar.
BRI sudah mengungkapkan rencana BRISyariah go public tahun depan, bagaimana persiapannya sejauh ini?
Kami sedang mengkaji, menganalisa keuntungan, kebutuhan kemudian siapa yang akan masuk. Proses perizinan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kami sedang pelajari, itu kan banyak izinnya. Kalau induk sudah memberi sinyal, kami sebagai anak usaha harus siap. Tahap-tahapnya sudah kami lakukan.
Kementerian BUMN bilang ada sekitar 10 anak usaha BUMN yang akan IPO tahun depan, sudah diskusi dengan Kementerian?
Kami belum berdiskusi dengan Kementerian BUMN. Kami sedang persiapan internal, karena kalau eksternal harus ada support dari induk.
Apa ada perusahaan sekuritas asing yang terlibat persiapan?
Sedang kami kontak perusahaan sekuritas untuk membantu, tetapi belum sampai dalam. Kami minta mereka untuk mengkaji pasar luar negeri, bagaimana kondisi di sana. Kami panggil mereka dan berdiskusi bagaimana pandangan mereka. Proses kajiannya lebih cepat lebih bagus.
Ekuitas BRISyariah saat ini Rp2,5 triliun, dengan melakukan IPO bisa langsung jadi BUKU 3?
Tinggal menunggu hasil kajian nanti, sumber dan kan bisa dari beberapa alternatif. Kami belum bisa cerita karena alternatif-alternatif ini belum menjadi bayangan kuat.
Apa saja alternatif sumber pendanaan selain IPO?
Disuntik induk. Tetapi induk usaha itu sebenarnya menguji dan mendidik kita untuk mandiri. Sampai sekarang kami belum dikenalkan dengan investor strategis.
Banyak kalangan menilai meminjam dari bank syariah lebih mahal dari bank konvensional, apa benar?
Hilangkan pengertian lebih mahal, jika perlu datang dulu kemudian kita hitung-hitungan. Meminjam dari bank syariah itu tidak ada biaya-biaya lain di luar yang diperjanjikan. Masyarkat melihat perbandingannya dengan bank konvensional hanya membahas bunga. Padahal di bank syariah itu tidak ada biaya-biaya lain.
Investor dan pengusaha-pengusaha perlu mulai berhitung, karena orientasinya harusnya biaya dibandingkan dengan konvensional. Kita tidak lebih mahal. (AM)