Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
PT Bank Central Asia Tbk
Bank milik Grup Djarum ini memutuskan untuk mengambil alih saham BCA Life milik BCA Sekuritas dan BCA Insurance. Yang terbaru, perseroan mengumumkan sebanyak 234.000 saham BCA Life yang terdiri dari 233.999 saham milik BCA Sekuritas dan 1 saham milik BCA Insurance.
Aksi ini dilakukan melalui penerbitan saham baru BCA Life sebanyak 300.000 saham atau setara dengan Rp300 miliar. Dari situ, BCA mengambil porsi Rp270 miliar atau setara dengan 270.000 saham BCA Life. Dengan begitu, BCA kini menggenggam 90 persen saham BCA Life atau setara dengan 504.000 saham bernilai Rp504 miliar.
PT Indofarma (Persero) Tbk
Perusahaan farmasi dengan kode saham INAF ini mengincar dana sekitar Rp100 miliar melalui sejumlah pilihan aksi korporasi di pasar modal untuk keperluan pengembangan usaha pada 2018. Salah satunya adalah dengan menerbitkan saham baru (rights issue) atau menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) pada tahun depan.
Perusahaan membutuhkan dana untuk sejumlah keperluan seperti perbaikan pabrik dan perbaikan sistem. Salah satu pabrik perusahaan perlu diperbaiki karena sekarang tidak berproduksi atau tidak bisa melakukan CPOB (cara produksi obat yang baik). Selain itu, fasilitas yang belum bisa beroperasi maksimal dinilai juga perlu diperbaiki.
PT Sri Rejeki Isman Tbk
Ternyata, dana hasil private placement emiten dengan kode saham SRIL ini tidak hanya digunakan untuk keperluan modal kerja saja. Dana senilai Rp658,44 miliar juga menjadi bagian dari rencana SRIL untuk mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil.
Saat ini, rencana itu masih dalam proses. Tahun depan, SRIL menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar US$20 juta sampai US$30 juta. Seluruh capex ini akan digunakan untuk keperluan pengembangan perusahaan secara organik
PT HD Capital Tbk
Setelah berganti nama menjadi PT Himalaya Energi Perkasa Tbk, perseroan langsung mengantongi restu pemegang saham untuk mengakuisisi perusahaan pembangkit listrik energi terbarukan. Namun emiten dengan kode saham HADE ini akan terlebih dahulu menggelar rights issue.
Persetujuan tersebut telah diberikan 78,8 persen pemegang saham yang hadir dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). RUPSLB tersebut menyetujui pula pergantian nama perseroan dan kegiatan usaha utama, perubahan anggaran dasar, peningkatan modal dasar, dan rencana perseroan untuk terlebih dahulu melakukan reverese stock sebelum rights issue dengan perbandingan 5:1. Artinya, lima saham perseroan dengan nominal Rp100 digabung menjadi satu saham dengan nominal Rp500. Harga saham perseroan yang kini bertengger di level Rp50 pun akan digabung menjadi Rp250 per saham.
PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT)
Perusahaan telekomunikasi berbasis digital ini sukses mencatatkan laba bersih Rp37,2 miliar, meningkat dari Rp5,6 miliar atau tumbuh sebesar 569,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Pertumbuhan signifikan ini berkat konsolidasi anak usaha dan kinerja operasional di bisnis perdagangan umum telepon seluler, gadget, dan voucher isi ulang.
Selain pertumbuhan laba yang signifikan, konsolidasi ini juga membuat pembukuan penjualan menjadi sebesar Rp4,7 triliun atau meningkat 697,4 persen dari Rp586,7 miliar (yoy). Selain karena konsolidasi, meningkatnya penjualan di MKNT juga merefleksikan daya beli konsumen terhadap produk telekomunikasi masih tinggi. Data dari Kementerian Perindustrian tahun 2017 menyebutkan pelanggan telekomunikasi seluler di Indonesia naik empat kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir dari 63 juta menjadi 211 juta pelanggan. (hm)