Berita Hari Ini : Laba ULTJ Naik 17,28 Persen, MEDC Incar Dana Rp2,67 triliun

Bareksa • 06 Nov 2017

an image
Pekerja memproduksi permintaan pakaian di C59 Factory, Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/10). Asosiasi Pertekstilan Indonesia menilai pertumbuhan industri tekstil Indonesia pada 2017 mampu mencapai empat sampai lima persen, seiring dengan meningkatnya penjualan dan ekspor tekstil dengan target mencapai US$ 12,3 miliar. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

KLBF serap 70% capex; Investasi tekstil capai Rp10 triliun

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.

Industri Tekstil

Nilai investasi di sektor industri tekstil berdasarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada Januari—September tahun ini mencapai Rp10,24 triliun. Angka tersebut bahkan melampaui capaian investasi tekstil sepanjang tahun lalu senilai Rp7,54 triliun. Langkah pabrikan memindahkan pabrik ke Jawa Tengah, sebagai upaya mencari lokasi dengan ongkos produksi yang lebih rendah, mendorong peningkatan investasi tersebut.

Penanaman modal dalam negeri mendominasi dengan nilai investasi mencapai Rp 6,96 triliun, naik 142 persen dibandingkan dengan Januari—September tahun lalu senilai Rp2,87 triliun. Sementara itu, penanaman modal asing tercatat senilai US$243,6 juta (setara Rp3,28 triliun), atau turun 13 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$276,9 juta.

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ)

Perusahaan produsen susu ini mencatatkan laba bersih Rp640,81 miliar pada kuartal III 2017. Angka ini tumbuh 17,28 persen dari periode sama tahun lalu Rp546,39 miliar. Namun pencapaian laba bersih tersebut hanyalah hasil dari penjualan yang naik tipis 3,55 persen dari Rp3,45 triliun menjadi Rp3,58 triliun.

Sesuai fokus bisnisnya, emiten dengan kode saham ULTJ ini mendapat sebagian besar penjualan dari bisnis minuman yang bernilai Rp3,78 triliun, dan sisanya Rp137,69 miliar merupakan hasil penjualan bisnis makanan. Untungnya, beban pokok perseroan turun 1 persen menjadi Rp2,24 triliun.

BUMN Jalan Tol

Pemerintah mengarahkan supaya BUMN yang menjadi investor jalan tol untuk mendivestasikan kepemilikan minoritas dalam sejumlah jalan tol untuk menarik swasta berinvestasi. Menteri BUMN Rini Soemarno mencontohkan kontraktor yang perlahan menjadi investor seperti PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) kerap memiliki saham minoritas dalam proyek jalan tol.

Pihaknya pun mengimbau perusahaan pelat merah tersebut untuk mendivestasikan kepemilikannya secara bersama-sama. Sejauh ini, PTPP tercatat memiliki sekitar 25 entitas usaha dengan PTPP menjadi pemegang saham di bawah 20 persen. Salah satunya adalah dalam PT Wijaya Karya Serang Panimbang, badan usaha jalan tol Serang—Panimbang. Di perusahaan konsorsium tersebut PTPP menggenggam 15 persen saham.

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)

Perseroan mengincar dana hingga Rp2,67 triliun dari pelaksanaan penerbitan saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue. Usai rapat pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan 2 November 2017, emiten berkode saham MEDC tersebut telah mendaftarkan prospektus rencana penawaran umum terbatas ke Otoritas Jasa Keuangan.

Perseroan akan menawarkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) kepada pemegang saham yang memenuhi syarat untuk membeli satu saham baru atas tiga saham yang dimiliki. Selain itu, pemegang saham yang telah membeli saham baru akan menerima waran—opsi untuk membeli saham pada masa yang sudah ditentukan—yang dapat diperjualbelikan. Adapun, sebanyak 4,45 miliar saham akan segera diterbitkan perseroan saat para pemegang saham mengeksekusi HMETD.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Perseroan sudah menyerap sebagian besar anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini. Jelang akhir tahun, penyerapan capex emiten dengan kode saham KLBF ini telah mencapai Rp820 miliar, atau setara dengan 70 persen dari total capex Rp1,2 triliun.

Pengakuan manajemen, sebagian besar anggaran tersebut digunakan untuk pengembangan pabrik. Beberapa di antaranya berlokasi di Pulogadung, Cikarang, dan Cikampek. Sampai saat ini, pembangunan pabrik-pabrik tersebut terus berjalan dan diperkirakan bisa beroperasi pada 2018 mendatang.

PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS)

Emiten dengan kode saham HITS ini bekerjasama dengan Exmar Marine NV Nicolas Saverys pada 10 Oktober lalu. Kedua perusahaan, berinvestasi dalam proyek terminal gas terapung alias floating storage regasification unit (FSRU) Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1.

Operator PLTGU Jawa 1 yang berkapasitas 1.760 MW adalah konsorsium Pertamina, Marubeni, Sojitz. Proyek pembangkit ini menelan biaya sekitar US$1,8 miliar. Sementara PLN sudah menyiapkan kebutuhan gas PLTGU Jawa 1 itu dari BP Tangguh.