Bareksa.com - Lotus Department Store akan ditutup mulai akhir Oktober. Ini menambah daftar panjang pelaku ritel khususnya department store yang menutup gerainya. Sebelum Lotus, Matahari Department Store juga menutup sejumlah gerainya, di Pasaraya Manggarai dan Blok M demi efisiensi. Gerai-gerai tersebut sudah tidak memberikan kontribusi yang besar lagi pada perusahaan, serta tidak sesuai dengan target manajemen.
Maraknya penutupan toko ritel menjadi pertanda bahwa pergeseran ke industri perdagangan digital semakin besar. Hal itu dikemukakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengomentari tutupnya toko ritel Lotus.
Menurut dia, tutupnya toko ritel tersebut bukan disebabkan lemahnya daya beli, melainkan adanya pergeseran dari fisik ke online. Hal ini terindikasi dari penerimaan perpajakan khususnya PPN ritel yang meningkat.
***
Menurut analisis Bareksa, Department Store Lotus ini merupakan salah satu anak usaha dari PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI). Lotus menutup tiga gerainya di Thamrin, Cibubur, dan Bekasi. Penutupan tersebut dilakukan dengan tujuan restrukturisasi divisi department store perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kinerja dari seluruh department store yang di bawahi langsung oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) di bawah bisnis PT Java Retailindo.
Tabel : Daftar Anak Usaha Department Store MAPI per Juni 2017
Sumber : Laporan Keuangan, diolah Bareksa
Jika dibandingkan dengan Ramayana dan Matahari, jumlah toko ritel Lotus memang relatif lebih sedikit. Sampai saat ini, setidaknya Lotus hanya memiliki 5 cabang yang masing-masingnya berada di Ciputra Mall (Jakarta Barat), Skyline Building (Jakarta Pusat), Revo Town (Bekasi), Cibubur Plaza (Bekasi), dan Grand Galaxy Park (Bekasi).
Tidak dijelaskan lebih rinci terkait kontribusi pendapatan Lotus terhadap MAPI secara keseluruhan. Meski begitu analisis Bareksa menilai jika ketergantungan MAPI terhadap penjualan ritel masih terbilang tinggi. Hal itu bisa dilihat dari kontribusi penjualan ritel dan department store MAPI yang jika dijumlah mencapai 86 persen terhadap total pendapatan perusahaan.
Grafik : Kontribusi Pendapatan MAPI per Segmen (Kuartal II 2017)
Sumber : Laporan Keuangan, diolah Bareksa
Semakin kencang intensitas perpindahan daya beli dari fisik ke online, membuat prospek pendapatan MAPI sangat bergantung terhadap bagaimana dan secepat apa respons manajemen terhadap fenomena ini.
Semakin melemahnya daya beli fisik oleh konsumen berpotensi dapat menurunkan pendapatan MAPI jika tidak diiringi oleh action manajemen dalam melakukan inovasi untuk merespons dunia digital yang semakin cepat proses perpindahannya. (AM)