BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Saham GGRM dan HMSP Dalam Tren Naik Sebulan Terakhir, Ini Penyebabnya

22 November 2017
Tags:
Saham GGRM dan HMSP Dalam Tren Naik Sebulan Terakhir, Ini Penyebabnya
Sejumlah buruh menyelesaikan lintingan rokok di pabrik rokok Desa Munjung Agung, Tegal, Jawa Tengah. Kementerian Perindustrian merencanakan menolak kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen pada 2016, karena berdampak akan memberatkan sektor industri dan bisa menimbulkan gejolak dan pemutusan hubungan kerja (PHK). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan saham rokok kembali diminati para investor

Bareksa.com – Saham emiten rokok sejak bulan Oktober hingga saat ini terus berada dalam trend kenaikan. Dua emiten rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia juga berada dalam jajaran perusahaan dengan kapitalisasi terbesar, yakni PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM).

Kedua perusahaan tembakau tersebut turut memberi andil terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara umum maupun sektor consumer secara khusus, setelah HMSP dan GGRM masing-masing mencatatkan pertumbuhan 6,36 persen dan 25,6 persen dalam sebulan terakhir. Berikut faktor-faktor yang menyebabkan saham-saham rokok kembali diminati para investor menurut analisis Bareksa.

Kenaikan Cukai Rokok 2018

Promo Terbaru di Bareksa

Salah satu yang menjadi katalis positif kenaikan saham di industri rokok ini ialah kenaikan cukai rokok yang secara persentase tidak lebih tinggi dibanding ekspektasi para pelaku pasar. Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan restu terkait dengan kenaikan cukai rokok sebesar 10,04 persen yang berlaku pada 1 Januari 2018. Padahal, ekspektasi analis terhadap kenaikan cukai rokok ini bisa mencapai 11 persen. (Baca Juga : Sri Mulyani Naikkan Cukai Rokok 10,04 Persen, Ini Reaksi Saham GGRM, HMSP, WIIM)

Grafik : Return Saham HMSP dan GGRM Sebulan Terakhir (%)

Illustration
Sumber : Bareksa.com

Daya Beli Masyarakat Golongan Bawah

Selain kenaikan cukai yang lebih rendah dari yang diharapkan, dalam APBN 2018 pemerintah mencoba untuk tetap berkomitmen menjaga inflasi dan mempertahankan daya beli masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan tetap mengalokasikan subsidi BBM, listrik, pupuk, subsidi bunga untuk KUR dan perumahan, infrastruktur, serta pelayanan publik.

Hal ini tentu berdampak baik terhadap industri rokok. Pasalnya, menurut penelusuran Bareksa, rokok atau tembakau merupakan pengeluaran terbesar kedua bagi golongan rumah tangga miskin per 2011, mengutip data BPS serta survei kesehatan nasional.

Illustration

Rekomendasi Analis

Salah satu sekuritas besar nasional, Bahana Sekuritas, merekomendasikan beli untuk saham GGRM, dari empat pemain besar di industri tembakau Indonesia. Rekomendasi tersebut tidak terlepas dari perkiraan daya beli masyarakat yang akan pulih, khususnya masyarakat menengah ke bawah yang pada umumnya adalah target pasar perseroan.

Salah satu hal yang menolong pulihnya daya beli masyarakat adalah perhelatan Pilkada juga kampanye pemilihan presiden yang diperkirakan akan mulai pada paruh kedua tahun depan. Pilkada diperkirakan akan meningkatkan konsumsi untuk wilayah di luar kota. (Baca Juga : Kenaikan Tarif Cukai Lebih Rendah, Prospek Saham Rokok Tahun Depan Kinclong?) (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua