Bareksa.com - Analis memperkirakan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) bakal mengalami diskusi alot dalam menawarkan sahamnya kepada investor strategis. Ada dua faktor yang akan membuat proses penjualan saham GMF AeroAsia kepada investor strategis berlangsung alot.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia, Robertus Yanuar Hardy, memperkirakan GMF bakal menawarkan sebanyak 10 persen sahamnya kepada perusahaan global yang sebelumnya telah menjalin kerjasama dengan induk usaha perseroan, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). beberapa perusahaan global itu di antaranya Air France KLM, Boeing dan Airbus.
"Meskipun tidak menutup kemungkinan saham perseroan ditawarkan kepada pihak lain di luar tiga pihak tersebut," ujarnya kepada Bareksa, di Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017. (Baca : Empat Perusahaan Serius Jadi Investor Strategis GMF AeroAsia, Ini Target Dananya)
Robertus menilai bahwa faktor pertama yang akan membuat proses transaksi penjualan saham kepada investor strategis berlangsung ketat adalah isu GMF AeroAsia bakal terkena denda akibat pemeliharaan pesawat dari dua perusahaan terafiliasi, Garuda Indonesia dan PT Citilink Indonesia, belum sepenuhnya mencapai target service level agreement (SLA) yang disepakati.
Berdasarkan ikhtisar hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) semester I 2017, GMF AeroAsia berpotensi didenda senilai US$ 2,06 juta untuk serviceability dan US$ 204,32 ribu untuk dispatch reliability.
BPK juga memperkirakan GMF AeroAsia bakal mengalami gangguan cashflow karena perjanjian antara GMF AeroAsia dan pelanggan, tidak secara optimal menjamin pemenuhan hak dan kewajiban para pihak.
Kemudian, hal kedua yang berpotensi membuat transaski penjualan saham GMF AeroAsia kepada investor strategis berlangsung ketat adalah pergerakan harga saham perseroan yang masih tertekan hingga saat ini. (Lihat : Melemah Saat Perdagangan Perdana, Saham GMF AeroAsia Ditampung Broker Asing)
Grafik: Pergerakan Saham GMFI Intraday
Sumber : Bareksa.com
"Kami juga melihat harga saham GMF di pasar sekunder yang terus turun dapat mengurangi daya tawar perseroan kepada calon investor strategisnya," kata dia. Sehingga akan wajar bakal terjadi tawar-menawar yang alot dengan calon investor.
Robertus berpendapat GMF AeroAsia harus membuktikan kinerja keuangannya kepada investor agar dapat mengapresiasi harga saham perseroan di pasar. Perseroan saat ini masih merilis laporan keuangan kuartal I 2017 yang digunakan untuk IPO saham.
Namun, dia masih optimistis perseroan dapat segera bermitra dengan pihak yang berpengalaman dengan skema yang sama-sama menguntungkan.
Hingga akhir perdagangan sesi I perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), hari ini, 12 Oktober 2017, harga saham GMF AeroAsia masih lebih rendah dibandingkan dengan harga saat penawaran umum perdana (initial public offering/ IPO) saham.
Harga saham GMF AeroAsia diperdagangkan senilai Rp 344 per saham, anjlok 14 persen dibandingkan harga saat IPO saham sebesar Rp 400 per saham. (Baca : Garuda Maintenance Facility Tetapkan Harga IPO Rp 400 per Saham, Ini Analisanya)