Rupiah Melemah Dekati 13.500 per Dolar AS, Ini Korelasinya dengan IHSG

Bareksa • 06 Oct 2017

an image
Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di tempat penukaran uang di kantor PT Valuta Inti Prima, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama hari ini melemah 0,04 persen di level 5.899,66.

Bareksa.com - Nilai tukar rupiah kembali melemah setelah sempat menguat selama dua hari. Hal ini pun berdampak pada pergerakan pasar saham.

Hingga pukul 12:00 WIB, rupiah tercatat seharga Rp13.495 per dolar AS, alias melemah 0,23 persen terhadap dolar AS. Padahal, pada Kamis, 5 Oktober 2017 nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan tipis dengan berada di level Rp13.483 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat menyentuh level Rp13.582 per dolar AS pada tanggal 3 Oktober lalu yang merupakan level terendah tahun ini.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama hari ini melemah 0,04 persen di level 5.899,66.

Meskipun demikian dalam 2 hari sebelumnya nilai tukar rupiah telah menguat sekitar 0,73 persen.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan cukup dalam sejak tanggal 12 September 2017 hingga 3 Oktober 2017 yang diakibatkan oleh sentimen global yang datang dari Amerika Serikat. Dalam periode tersebut, nilai tukar rupiah tercatat telah melemah sebesar 3,24 persen , sementara IHSG terlah menguat sebesar 1,41 persen.

Grafik: Korelasi Rupiah dan IHSG

Sumber: Bareksa.com

Secara historis, dampak penguatan rupiah memiliki korelasi positif terhap penguatan IHSG, dimana pada awal Januari 2017 nilai tukar rupiah sempat berada pada level Rp 13.438 dan IHSG berada di level 5.275,97.

Setelah rupiah menguat ke level Rp 13.196 pada awal April 2017, IHSG pun  ikut merangkak naik ke level 5.606,79. Hingga puncaknya pada pertengahan September, nilai tukar rupiah yang berada di level Rp 13.165 turut mendorong IHSG hingga ke level 5.871,88.

Grafik: Nilai Kepemilikan Asing di Pasar Saham dan IHSG

Sumber: Bareksa.com

Namun di sisi  lain, penguatan IHSG sejak awal tahun hingga bulan Oktober ini tidak disertai dengan dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia. Sejak awal tahun hingga penutupan 5 Oktober kemarin investor asing tercatat masih melakukan net sell  sebesar Rp 13,3 triliun. (Baca juga: IHSG Cetak Rekor Baru, Kenapa Asing Tetap Net Sell?)

Penguatan IHSG tahun ini didukung oleh beberapa kondisi ekonomi yang cukup baik seperti penguatan harga batu bara, angka inflasi yang masih terkendali, tren penurunan suku bunga acuan BI, hingga pertumbuhan ekonomi yang masih sesuai ekpekstasi.

Selain itu, faktor yang perlu menjadi sorotan pelaku pasar adalah tentang reformasi pajak AS yang diperkirakan akan membuat pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam tersebut  lebih cepat hingga ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The fed yang kemungkinan akan kembali naik pada akhir tahun ini yang berpotensi menyebabkan terjadinya foreign outflow dari negara-negara emerging market. (hm)