Bareksa.com - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menyiapkan dana hingga Rp 25 triliun untuk investasi di sejumlah proyek tahun depan. Perseroan menargetkan pertumbuhan perolehan kontrak baru tahun depan sekitar 20-30 persen.
Direktur Utama PTPP, Tumiyana, menuturkan perseroan bakal berinvestasi pada tiga lini bisnis. Dari jumlah Rp 25 triliun itu, PTPP akan berinvestasi di sektor pembangkit listrik sebesar 49 persen dari total dana, infrastruktur 30 persen dan investasi low cost residential 20 persen.
"Untuk sektor energi kita usahakan kepemelikan saham di proyek pada range 51-55 persen," terangnya di Jakarta, Rabu, 4 Oktober 2017.
Tumiyana menjelaskan bahwa perseroan akan bermitra dengan sejumlah perusahaan untuk menggarap proyek pembangkit listrik. PTPP akan mencari mitra yang memiliki kemampuan engineering mumpuni dan kapasitas balance sheet yang baik.
Seiring dengan target realisasi investasi pada 2018, perseroan menargetkan pertumbuhan perolehan kontrak baru tahun depan sekitar 20-30 persen, atau sekitar Rp 48-52 triliun. Tahun ini PTPP menargetkan kontrak baru Rp 40 triliun. (Baca : Hingga Agustus, Pendapatan PTPP Naik 18 persen, Kontrak Baru Meroket 40,5 persen)
Target Order Book
Tumiyana memproyeksikan order book perseroan tahun depan mencapai Rp 90 triliun, yang terdiri atas kontrak baru dan proyek carry over.
Menurut dia, perseroan tidak akan mendrive pertumbuhan kontrak baru terlalu besar karena backlog kontrak PTPP sekitar Rp 71 triliun dan pertumbuhan (growth) sumer daya perseroan hanya sekitar 15 persen.
Strategi PTPP memperoleh kontrak baru tahun depan adalah mengincar proyek dengan nilai besar sehingga human capacity perseroan naik.
"PTPP juga akan mencari joint venture (JV) luar negeri untuk meningkatkan engineering dan balance sheet capacity kita. Pertumbuhan kontrak baru 20-30 persen adalah komitmen perusahaan," tuturnya.
PTPP menargetkan pendapatan Tahun 2018 sekitar Rp 32,5 triliun, meningkat 30 persen dari target realisasi tahun ini yang sebesar Rp 25 triliun. Perseroan menargetkan laba bersih tahun depan naik 30 persen dari target realisasi 2017 yang sebesar Rp 1,7 triliun. (Lihat : Bangun Pembangkit Listrik, PTPP Suntik Modal PP Energi Rp 745 Miliar)
IPO Anak Usaha
PTPP menargetkan perolehan dana dari penawaran umum perdana (intial public offering/ IPO) saham anak usahanya, PT PP Presisi senilai Rp 2,5 triliun, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar Rp 3 triliun.
Rencananya, PP Presisi bakal menerbitkan 35 persen saham baru dari jumlah modal disetor kepada publik. Tumiyana menjelaskan PP Presisi akan mencatatkan (listing) sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal November 2017.
Menurut Tumiyana, target perolehan dana dari IPO saham PP Presisi memang lebih rendah dari proyeksi awal. Hal itu tidak terlepas dari kondisi pasar, yang menurut dia, masih bergejolak.
Lebih rendahnya target perolehan dana IPO saham bukan menunjukkan perseroan tidak optimistis. Hanya saja, berdasarkan valuasi yang telah dilakukan, PP Presisi kurang lebih bisa menggalang dana dalam range Rp 2,5 triliun. "Kita lihat nanti jika ada perubahan strategi IPO PP Presisi," ujarnya. (Baca : Di Level Terendah pada 2017, Secara Teknikal Bagaimana Prospek Saham PTPP?)
Road Show Saham PP Presisi
Nantinya, saham PP Presisi akan ditawarkan kepada investor asing. Target negara yang dituju untuk penawaran saham PP Presisi berada di Asia, meliputi Singapura, Malaysia dan Hong Kong,
Tumiyana mengatakan bahwa perseroan sudah melakukan non deal roadshow (NDR) IPO saham PP Presisi. Sementara roadshow akan dilaksanakan pada pertengahan Oktober.
PTPP juga tengah mempersiapkan anak usahanya yang lain, PT PP Energi, untuk IPO saham. Rencananya, PP Energi akan IPO saham pada kuartal I 2018.
PP Energi akan menerbitkan sekitar 35 persen saham baru yang dibagi ke dalam dua jenis. Sebanyak 20 persen saham akan ditawarkan kepada investor publik dan 15 persen untuk investor strategis.
Anak usaha PP di bidang pembangkit listrik itu menargetkan perolehan dana dari IPO saham Rp 5 triliun. (Baca : Saham 4 BUMN Kontruksi Ini Longsor Padahal Kinerja Cemerlang, Mana Lebih Unggul?)