Bareksa.com - Pertumbuhan kredit perbankan diprediksi akan berada di level normal baru yakni 10-15 persen dalam dua hingga lima tahun ke depan. Sebelum Tahun 2013, pertumbuhan kredit perbankan selalu berada di atas 20 persen.
Menurut hasil penelitian Mandiri Group, harga komoditas tidak bisa lagi membantu perbankan dalam mengakselerasi pertumbuhan kredit, seperti yang terjadi sebelumnya. Sebab dampak penurunan harga komoditas yang terjadi sejak 2014 mempengaruhi banyak sektor, termasuk perdagangan dan properti.
“Harga komoditas bergerak terbatas sehingga membatasi bank dalam mencapai pertumbuhan kredit di atas 20 persen di tahun-tahun berikutnya,” Kepala Ekonom PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Anton Gunawan, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 25 September 2017. (Baca juga : Terpapar Kasus Tirta Bottling, Saham BMRI Tertekan Dijual Asing Rp 11,3 Miliar)
Meski begitu, kata Anton, pihaknya masih menunggu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terbaru untuk bisa melihat lebih detil mengenai figur industri perbankan. Karena itu, sementara waktu, pihaknya menggunakan data pertumbuhan kredit pada periode Juni 2017.
Dia menyebutkan pada Juni 2017, pertumbuhan kredit secara year to date (ytd) hanya 2,6 persen, lebih rendah dari performa tahun lalu yang berada pada angka 2,7 persen.
Dengan melihat, perkembangan rata-rata pertumbuhan kredit dari bulan ke bulan (month on month/MoM) dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan kredit diprediksi akan mencapai 8,2 persen sampai akhir 2017. Angka tersebut lebih rendah dari target pada awal 2017 di angka 13,5 persen. (Lihat juga : Suku Bunga BI Turun Jadi 4,25 Persen, Peluang Bunga Kredit Turun Makin Terbuka)
BI Pangkas Target Pertumbuhan Kredit
Revisi target pertumbuhan kredit juga dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dari level 10-12 persen, menjadi 8-10 persen pada akhir 2017. Angka pertumbuhan sebesar 8 persen ini menunjukkan pertumbuhan kredit kembali berada di level satu digit. Pada 2015 dan 2016 yang pertumbuhan kredit di levek 7,3 persen dan 9,6 persen.
Dilihat dari jenis kredit, kredit modal kerja dan kredit investasi juga menunjukkan perlambatan, yakni mencapai masing-masing 7,2 persen and 6,4 persen. Jika dilihat dari sektornya, kredit di sektor perdagangan besar dan ritel menunjukkan perlambatan ke angka 3,1 persen, adapun kredit di sektor manufaktur naik ke angka 5,3 persen. (Baca : BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 4,25 Persen, Ini Alasannya)
Sementara itu, di periode yang sama, pertumbuhan simpanan juga menunjukkan perlambatan setelah dampak dari program amnesti pajak berakhir, yakni mencapai 10,3 persen , menurun dari bulan sebelumnya yang berada di 11,2 persen . (K09)