Benarkah Terjadi Perubahan Pemegang Saham Pengendali di META?

Bareksa • 22 Sep 2017

an image
CEO Rajawali Group Peter Sondakh (kanan) bersama dengan Duta Besar Malaysia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim (tengah) dan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil. (Hanum K. Dewi/Bareksa)

Komisaris Utama META saat ini merupakan mantan Direktur Rajawali Foundation

Bareksa.com - Pada perdagangan 8 September 2017, saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) ditransaksikan sebanyak 66 juta lot, pada harga premium Rp 270 per saham atau senilai Rp 1,78 triliun.

Transaksi tersebut dilakukan oleh broker BCA Sekuritas (SQ), adapun pembeli saham tersebut adalah investor lokal. Sementara penjual saham dilakukan oleh broker Credit Suisse Securities (CS) dan tercatat invetor asing yang melepas saham tersebut. (Baca : Saham META Dijual Premium di Pasar Nego, Rajawali Corp Untung Rp 822 Miliar?)

Grafik : Porsi Kepemilikan META di Kuartal II 2017

Sumber : Laporan Keuangan, diolah Bareksa

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, jumlah saham tersebut setara dengan kepemilikan Rajawali Corporation melalui dua anak usahanya yaitu PT Hijau Makmur Sejahtera sebesar 32 juta lot saham atau setara 21 persen dari seluruh saham yang beredar.

Rajawali juga memiliki META melalui  Eagle Infrastructure Fund Limited sebanyak 34 juta lot atau setara 22,32 persen. (Lihat : Saham META Meroket 31 Persen Setahun Terakhir, Apa Saja Faktor Pendorongnya?)

Lantas Benarkah Terjadi Perubahan Pengendali?

Awalnya Rajawali tercatat membeli saham META pada 2010, di mana pembelian saham lewat Hijau Makmur Sejahtera langsung sebesar 23,63 persen dan Eagle Infrastructure Fund Limited  membeli 22,37 persen dari saham yang beredar.

Transaksi tersebut mengakibatkan kepemilikan PT Bosowa Corporation di META berkurang menjadi 20,12 persen dari sebelumnya 56,46 persen.

Menurut penelusuran Bareksa, Eagle Infrastructure Limited Fund menjual saham META kepada Credit Suisse International sebesar 2 persen atau senilai Rp 39,7 miliar. Sedangkan Eagle Infrastructure Limited Fund tidak diakui sebagai anak usaha dari Grup Rajawali mengacu pada website perusahaan.

Tak lama setelah kejadian tersebut, Darjoto Setyawan selaku  Direktur Pengelola Pertambangan dan Sumber Daya Alam Rajawali Foundation sejak Tahun 2005 dan menjabat sebagai Komisaris Utama dari Tahun 2006 hingga 2009.

Singkat cerita pada 23 Mei 2012 dalam RUPSLB yang dihelat di Hotel JW Marriott, Darjoto Setyawan terpilih oleh investor untuk komisaris utama META menggantikan John Scott Younger

Pengangkatan Darjoto menjadi Komisaris Utama ini menjadi pertanyaan, karena saat ini mayoritas kepemilikan saham di META bukan berasal dari grup Rajawali. Tak heran jika ini menjadi salah satu cara apakah Rajawali akan menguasai META. (Baca : Bagaimana Perkembangan Saham Grup Rajawali Tahun 2016?)

Rajawali Corp Bantah Jadi Pemegang Saham Pengendali META

Ketika dikonfirmasi Bareksa, GM Corporate META, Deden Rochmawaty, enggan memberikan tanggapan. "Ini pertanyaan sensitif," katanya kepada Bareksa, Jumat, 22 September 2017.

Direktur Rajawali Corpora, Satrio Tjai, menyatakan bahwa Rajawali Corp tidak pernah menjadi pemegang saham pengendali META. "Saya hanya komisaris utama di META, namun Rajawali Corp tidak punya (perwakilan) direksi," ungkapnya ketika dikonfirmasi Bareksa.

Untuk diketahui Satrio saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama META berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan pada Juli 2017 lalu.

Adapun Rajawali Corpora atau PT Rajawali Wira Bhakti Utama adalah salah satu konglomerat terbesar di Indonesia yang didirikan pada 1984 dengan tokoh penting Peter Sondakh. (Lihat : Berita Hari Ini : Rajawali Tambah Saham Di BWPT, Waskita Akan Buyback Saham WSBP)