Bareksa.com - Pada perdagangan Selasa, 12 September 2017, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) ditutup anjlok sebesar 240 poin atau 11,27 persen ke level Rp 1.890 per saham. Longsornya saham badan usaha milik negara bidang infrastruktur itu tak lepas dari adanya sentimen negatif mengenai tertundanya rencana divestasi ruas tol anak usaha Perseroan, PT Waskita Toll Road (WTR).
Melalui keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, belum terlaksananya rencana divestasi tersebut dikarenakan belum adanya kecocokan terhadap para investor yang menawar.
Sekretaris Perusahaan WSKT, Shastia Hadiarti, menyatakan sebenarnya divestasi tersebut direncanakan terealisasi pada akhir September tahun ini. Namun, setelah dilakukan penilaian terhadap beberapa penawaran yang masuk dari calon investor, manajemen menilai belum ada yang memenuhi target yang diharapkan oleh PT Waskita Toll Road. (Baca juga : Ini Alasan Waskita Karya Batalkan Divestasi Ruas Tol Anak Usaha)
"Selanjutnya sebagai salah satu alternatif untuk memenuhi pendanaan proyek-proyek infrastruktur terutama jalan tol, Waskita dan Waskita Toll Road tetap berencana untuk melakukan divestasi ruas jalan tol dimaksud. Skema atas divestasi tersebut masih dalam kajian manajemen," jelasnya dalam keterangan resmi, Selasa, 12 September 2017.
Rencana Melepas 10 Ruas Tol
Sebagai informasi, Waskita berencana melepas 10 ruas tol melalui mekanisme tender pada tahun ini. Mayoritas ruas tol yang dijual itu adalah tol Trans Jawa, baik yang sudah beroperasi maupun dalam tahap pembangunan.Ruas tol yang dilepas termasuk tol Becakayu yang menghubungkan Bekasi-Jakarta Timur, dan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi di Sumatera Utara.
Adapun dana yang diperoleh dari hasil divestasi akan digunakan Waskita dan anak usahanya untuk membiayai pembangunan ruas tol baru senilai hingga Rp 10 triliun. Saat ini, Waskita mengelola 18 ruas tol dan berencana menambah tiga ruas baru. (Lihat juga : Batal Divestasi, Saham WSKT Anjlok 9,15 Persen. Bos Waskita Borong Rp 2,5 Miliar)
Meski begitu, capaian kinerja hingga awal September 2017, perseroan telah mengantongi kontrak baru sebesar Rp 43 triliun atau sekitar 72 persen dari target Rp 60 triliun. Target tersebut telah direvisi dari sebelumnya pada awal tahun menargetkan sebesar Rp 80 triliun dikarenakan mundurnya sejumlah proyek.
Artinya Perseroan mematok targetnya lebih rendah sekitar 12 persen dari capaian tahun lalu yang mampu mengantongi kontrak baru sebesar Rp 70 triliun.
Realisasi dan Target Kontrak Baru Waskita Karya
Sumber : materi paparan publik WSKT
Melihat capaian kinerja tersebut membuat para investor cenderung ragu bahwa kinerja yang ditargetkan akan tercapai, sehingga mereka berusaha menghindari saham konstruksi dikarenakan kekhawatiran mengenai pendanaan proyek-proyek yang tengah dikerjakan. (Baca juga : Saham WSKT Longsor. Saham WSBP Ikut Anjlok, Namun Diborong Asing Rp 25,3 Miliar)
Mengutip Bloomberg, investor sepertinya terlihat makin ragu dengan program infrastruktur pemerintah Presiden Joko Widodo karena masalah pendanaan. Terlebih setelah BUMN karya sekelas Waskita cukup mengalami kesulitan dalam menghasilkan uang untuk membiayai proyeknya.
Kinerja Keuangan Waskita Karya (Rp)
Sumber : perseroan
Namun di sisi lain Waskita mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 15,55 triliun pada paruh pertama Tahun 2017, atau melonjak 92,45 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 8 triliun. Sementara itu, labanya melambung hingga lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 1,28 triliun tahun ini dari Rp 582,23 miliar di semester I tahun lalu. (Lihat juga : WSKT Batal Divestasi Ruas Tol Anak Usaha, Ini Tanggapan Astra dan Jasa Marga)