Bareksa.com - Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengusulkan, setoran dividen bank BUMN untuk Tahun Buku 2017 sebesar Rp 12,6 triliun. Nilai tersebut meningkat dibandingkan setoran dividen untuk Tahun Buku 2016 yang sebesar Rp 12,5 triliun. Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan, bank BUMN yang terdiri dari empat bank dalam dua tahun terakhir selalu dikenakan dividen.
"Tahun lalu saja kami menyumbang Rp 12,5 triliun," katanya, di Jakarta, Rabu, 6 September 2017.
Tahun ini, pemerintah mengusulkan besaran dividen yang lebih tinggi, namun dengan tetap mempertimbangkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). Usulan mengenai setoran dividen ini disampaikan dalam rapat dengar pendapat (RDP) antara Komisi VI DPR-RI dengan Kementerian BUMN.
Adapun besaran setoran dividen tersebut dengan memperhitungkan perolehan laba bersih pada 2017. Gatot menjelaskan, kisaran dividen bank BUMN masuk dalam level moderat yang mencapai 20-45 persen. Rinciannya;
Rasio Kecukupan Modal Dijaga
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), menurut Gatot dikenakan besaran dividen pay out ratio terbesar yakni 35 persen ditambah 10 persen untuk spesial dividen untuk menjaga dividen per sahamnya agar tidak lebih rendah dari tahun lalu. Besaran dividen tersebut mengingat CAR perseroan yang masih tinggi, yakni 20 persen. "Setelah diambil dividen 45 persen, CAR Bank Mandiri masih berkisar di angka 19,65 persen," ucap dia.
Kemudian PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dikenakan besaran dividen pay out ratio sebesar 30 persen dan 10 persen spesial dividen. Setelah dividen diambil, CAR BRI menjadi 21,53 persen.
Selanjutnya dividen pay out ratio PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 25 persen dan 10 persen spesial dividen. Adapun CAR setelah dividen diambil sebesar 18,45 persen.
Terakhir, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dikenakan dividen pay out ratio sebesar 20 persen. Sedangkan CAR dijaga di angka 16,79 persen.
"Usulan ini tergantung performa masing-masing bank BUMN, mudah-mudahan kami bisa mencapai target," kata dia.
Bank BUMN Butuh Banyak Modal
Ketua Umum Himpunan Bank Negara (Himbara) yang sekaligus Direktur Utama BTN, Maryono, menjelaskan besaran dividen pada 2017 dengan mempertimbangkan bank-bank BUMN saat ini masih membutuhkan banyak modal. Apalagi, relaksasi mengenai restrukturisasi kredit yang semula diberlakukan OJK akan dicabut sehingga bisa mempengaruhi aset tertimbang menurut risiko (ATMR).
"Contohnya di BTN, ATMR kredit properti yang semula hanya dihitung 20 persen, naik kembali menjadi 40 persen dan itu membutuhkan modal," ujar dia.
Di sisi lain, bank-bank BUMN juga berencana menggenjot pembiayaan ke sektor infrastruktur. Ekspansi ini dinilai akan terhambat apabila dividen pay out ratio dinaikkan.
Untuk BTN sendiri, setoran dividen 2017 berkisar Rp 420 miliar. Nilai tersebut menurun dibandingkan pada 2016 yang sebesar Rp 520 miliar.
Penurunan setoran dividen ini menunjukkan dukungan pemerintah agar perusahaan bisa berkembang. Sebab penurunan dividen ini bisa mempengaruhi peningkatan CAR perseroan.
"BTN juga saat ini sedang berkonsentrasi dalam pembiayaan rumah bersubsidi atau program 1 juta rumah," tegas dia.
Direktur Utama BRI, Suprajarto, menjelaskan besaran dividen tersebut sudah sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB). Dalam hal ini, setoran dividen BRI meningkat menjadi Rp 6,3 triliun, dari Rp 5,6 triliun pada periode 2016. "Tidak ada masalah dari sisi BRI, mudah-mudahan target laba kami tercapai dan sudah terlihat pada semester I 2017," ungkapnya. (K09)