Bareksa.com – Sepanjang Tahun 2017, harga saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) naik turun seperti roller coaster. Setiap perusahaan mengumumkan proses penyelesaian utang, saham emiten perkapalan ini terus melambung namun setelah berita mereda harga saham turun. Lantas seberapa besar kaitan sentimen tersebut dengan kinerja keuangan perseroan?
Grafik: Harga Saham TRAM Sejak Awal Tahun
Sumber: Bareksa.com
Harga saham pertama kali melambung tinggi pada 2017 pada awal Februari. Saham TRAM berhasil menyentuh level tertinggi Rp 358 atau naik 218 persen dalam waktu sepekan namun setelah itu harga saham kembali anjlok hingga menyentuh R p90 pada Maret 2017.
Saat itu salah satu pendorongnya adalah pada 1 Februari 2017, Asnita Kasmy selaku Direktur Trada Maritime melayangkan pengumuman kepada publik terkait progres penyelesaian utang perseroan yang dihadapi. Total utang yang diharapkan mendapatkan finalisasi pada tahun ini mencapai US$ 53,25 juta. (Baca Juga : Trada Maritime Akan Restrukturisasi Utang US$53,25 Juta, Saham TRAM Melonjak).
Dalam laporan yang dipublikasi itu dikatakan bahwa Trada Maritime telah mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan utang sebesar US$34,9 juta kepada International Finance Corporation (IFC) dan Bank of Tokyo – Mitsubishi UFJ (BTMU) dengan tiga cara. Pertama, TRAM menjual aset kapal FSO Lentera Bangsa.
Merujuk laporan keuangan TRAM semester I 2017, kapal tersebut bernilai US$ 86,9 juta sebelum terbakar pada 2011 silam. Setelah terbakar dan dinilai kembali oleh ANA & Rekan pada tahun 2015, kapal tersebut kini hanya bernilai US$ 18,6 juta. Dengan kata lain, ada selisih sekitar US$ 68,3 juta yang dibebankan sebagai kerugian penurunan nilai aset tetap dalam laporan laba rugi sejak kapal tersebut terbakar.
Kedua, TRAM menerima klaim asuransi kapal FSO Lentera Bangsa dengan nilai klaim yang disepakati US$ 13 juta, dan sisanya melalui penyelesaian kas (cash settlement).
TRAM juga menyatakan telah mencapai kesepakatan dengan Bank Mandiri Singapore terkait utang perseroan sejumlah US$ 10 juta. Penyelesaian utang tersebut diselesaikan dengan dua cara. Yang pertama menjual aset kapal MV Samudera Bangsa.
Penjualan tersebut dilakukan kepada Alfa Ship Trading LLC sebesar US$ 2,15 juta. Padahal nilai buku kapal ini sempat mencapai US$ 17,45 juta pada 2015 dan nilainya menurun menjadi US$ 5,5 juta. Ada selisih US$ 11,95 juta yang dibebankan pada penurunan nilai aset, sehingga membebani laporan laba rugi Tahun 2015.
Lalu, dengan nilai kapal US$ 5,5 juta dan dijual pada harga US$ 2,15 juta maka ada selisih sekitar US$ 3,35 juta dimana US$ 3,17 juta akan dibebankan sebagai penurunan nilai aset pada laporan keuangan berjalan. Sisanya, sebesar US$ 7,85 juta akan diselesaikan melalui mekanisme cash settlement dan perpanjangan atas fasilitas kredit.
Terakhir pada 16 Agustus, perseroan saat ini dalam proses penyelesaian utang yang akan jatuh tempo pada 27 September 2017 kepada ICBC sebesar US$ 8,26 juta. Adapun penyelesaian utang akan ditempuh melalui penjualan kapal yang sejak awal pinjaman telah menjadi jaminan dan sebagaian akan diperoleh dari pinjaman induk usaha.
Saham TRAM kembali menjadi primadona dan memberikan return hingga 78 persen dalam waktu 5 hari
Lalu, Apa Dampak Terhadap Kinerja TRAM?
Akibat penurunan aset kapal tersebut, pada semester I 2015 tercatat nilai penurunan aset TRAM semakin dalam menjadi US$ 54juta, dibandingkan sebelumnya yang hanya turun US$ 6 juta. Namun, per Juni 2017 aset tetap perusahaan hanya tersisa US$ 91 juta.
Grafik : Nilai Aset Tetap TRAM 2013 – 2016 (US$ Juta)
Sumber : Laporan Keuangan TRAM
Bareksa melihat penjualan aset dalam hal ini kapal FSO Lentera Bangsa dan MV Samudera Bangsa dilakukan sebagai salah satu cara yang diambil manajemen dalam menyelesaikan utang-utang yang ada.
Keuntungan dari metode ini, manajemen secara tidak langsung mampu mengurangi penurunan nilai-nilai aset terhadap kapal TRAM mengingat aset tetap akan menyusut nilainya di setiap tahun, tak terkecuali kapal milik TRAM. Semakin rendah penurunan nilai aset maka akan semakin rendah pula beban yang harus ditanggung oleh TRAM dan tentu akan berdampak positif terhadap kinerja operasional dengan asumsi pendapatan usaha tidak menurun.
Namun, ada konsekuensi yang harus ditanggung manajemen dalam menyelesaikan utang melalui penjualan aset, yakni semakin berkurangnya kapal yang digunakan untuk kegiatan operasional. Keadaan ini tentu berpeluang akan menekan pendapatan usaha perseroan di masa mendatang.
Berdasarkan website resmi PT Trada Maritime, saat ini perseroan mempunyai 14 kapal yang masih beroperasi sesuai dengan golongannya: Floating Storage and Offloading unit (FSO), Liquid Cargo, Dry Bulk, dan LNG Carrier.