BI Rate Turun jadi 4,5 Persen, Ini Dua Sektor Saham yang Paling Untung

Bareksa • 23 Aug 2017

an image
Ilustrasi perlindungan investor. Copyright: <a href='http://www.123rf.com/profile_ra2studio'>ra2studio / 123RF Stock Photo</a>

Pada pembukaan hari ini, saham sektor properti naik 0,62 persen dan finance atau perbankan naik 0,45 persen

Bareksa.com – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen. Pertimbangan penurunan ini untuk menggenjot pertumbuhan kredit tahun depan di kisaran 10 - 12 persen.

Gubernur BI Agus D.W Martowardojo menjelaskan, pertumbuhan kredit sampai Juni 2017 mencapai 7,8 persen year on year (yoy). Nilai tersebut melambat dibandingkan bulan sebumnya yang mencapai 8,7 persen.

Pasar modal pun menyambut positif keputusan BI tersebut. Apalagi BI menahan level suku bunga acuan sebelumnya selama 9 bulan.

Penurunan suku bunga BI 7-Days Reverse Repo Rate akan menjadi sentimen positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan hari ini,Rabu, 23 Agustus 2017, IHSG dibuka menghijau hingga pukul 09.15 WIB dimana semua sektor menghijau dengan penguatan paling tinggi di pimpin oleh sektor properti naik 0,62 persen dan finance atau perbankan menguat 0,45 persen.

Grafik : Perbandingan Performa IHSG, Sektor Property dan Perbankan

Sumber : Bareksa.com

Mengapa 2 Sektor Ini Diuntungkan?

Menurut analisis Bareksa, penurunan suku bunga acuan menjadi sinyal awal adanya penurunan biaya pinjaman perbankan untuk dunia usaha sehingga dapat meningkatkan ekspansi dunia usaha. Dengan penurunan suku bunga diharapkan akan memacu untuk meningkatkan penyaluran kredit.

Selain itu dalam jangka pendek, potensi keuntungan sektor perbankan akan meningkat. Sebab pada umumnya penurunan suku bunga acuan didahului penurunan suku bunga deposito sebelum suku bunga kredit.

Senada dengan perbankan, dengan diturunkannya tingkat acuan suku bunga, para pelaku pasar berharap jika dunia usaha properti cenderung lebih berani untuk berekspansi dengan membuat lebih banyak pinjaman kredit dengan harapan mampu membuat pertumbuhan kredit tergenjot, setidaknya kembali ke area double digit.