Setelah Sentuh Level Terendah, Harga Saham PPRO Naik 11,8 Persen. Sudah Murah?

Bareksa • 11 Aug 2017

an image
GM Marketing PT PP Properti Tbk (PPRO) Tjakra D.Puteh (kiri) dan Project Manager Nurjaman, menjelaskan apartemen Ayoma menggunakan maket, usai pemancangan tiang pertama (groundbreaking), apartemen dua menara yang dibangun di atas lahan seluas 1 ha dengan total investasi senilai Rp550 miliar, di Serpong, Tangerang. ANTARA FOTO/Audy Alwi

Saham PPRO naik menjadi Rp 226 dari sebelumnya Rp 202

Bareksa.com – Dalam dua hari terakhir ini harga saham PT PP Properti (PPRO) naik 11,8 persen menjadi Rp 226 dari sebelumnya menyentuh level terendah sepanjang tahun ini di harga Rp 202 pada 8 Agustus 2017.

Apakah harga saham PPRO telah murah?

Berdasarkan analisis Bareksa, turunnya harga saham PPRO tidak membuat harga saham anak usaha PT PP  Tbk (PTPP) tersebut menjadi murah.  Saat menyentuh level terendah pada dua hari lalu, ternyata secara valuasi harga saham tersebut tetap berada di atas rata-rata sektoral.

Jika menggunakan metode Price to Earning Ratio (PER) yang membandingkan harga terhadap laba per saham, maka harga saham PPRO terlihat sangat premium. Semakin tinggi nilai PER, maka harga saham emiten tersebut semakin mahal terhadap kinerja labanya, begitupun sebaliknya.

Grafik: Price to Earning Ratio (PER) Sejumlah Emiten Properti

Sumber: Data diolah Bareksa

Jika dilihat pada saat menyentuh level terendah sepanjang tahun ini, Rp 202 per saham, PER saham PPRO sebesar 35,6 kali. Angka tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan tiga emiten properti lainnya yang memiliki rata-rata PER 12,11 kali. Emiten yang dipantau tersebut merupakan emiten properti yang banyak memperoleh pendapatan dari pembangunan apartemen, yakni PT Intiland Development Tbk (DILD) sebesar 12,36 kali, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sebesar 4,91 kali dan PT Modernland Realty Tbk (MDLN) sebesar 4,73 kali.

Dari sisi kinerja, saham yang melantai di Bursa Efek Indonesia atau initial public offering (IPO) pada 19 Mei 2015 itu memiliki laba sebesar Rp 160,6 miliar pada kuartal II 2017  atau naik 2,3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berhasil mengantongi laba Rp 157 miliar.

Angka pertumbuhan laba semester ini  jauh lebih kecil dari periode sebelumnya yang berhasil naik 10,5 persen.

Adapun pendapatan perusahaan naik 7,8 persen menjadi Rp 1,05 triliun dari sebelumnya Rp 973 miliar.

Grafik: Pergerakan Harga Laba Dan Pendapatan Perusahaan

Sumber: Bareksa.com