Bareksa.com – Saham emiten kontraktor pertambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mengalami penurunan harga saham pada perdagangan hari ini, Selasa, 25 juli 2017 anjlok sebesar 11,7 persen menjadi Rp 680 dari penutupan sebelumnya Rp 770 per saham. Tapi penurunan harga saham DOID justru membuat investor asing memburu saham ini.
Tercatat saham DOID menjadi saham yang paling diburu atau paling banyak dibeli asing, dengan posisi pembelian bersih mencapai Rp 29 miliar.
Asing paling banyak membeli saham melalui broker Citi Group Securities (CG) sebesar 259 ribu lot saham pada harga rata-rata Rp 706 per saham atau senilai Rp 18,4 miliar.
Sementara pembeli terbesar berikutnya adalah Deutsche Securities (DB) yang memborong 78 ribu lot saham yang senilai Rp 5,5 miliar
Apakah pembelian saham DOID oleh asing ini didukung fundamentalnya?
Kontraktor tambang ini membukukan penjualan sebesar Rp 2,4 triliun sepanjang Januari-Maret 2017, atau naik 43,5 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya membukukan Rp 1,68 triliun.
Menurut laporan keuangan perusahaan, pendapatan dari PT Berau Coal melonjak hingga 63 persen menjadi US$ 106 juta dari sebelumnya hanya US$ 65 juta.
Sementara pendapatan dari PT Sungai Danau Jaya juga melesat lebih dari tiga kali lipat menjadi US$ 24 juta dari sebelumnya hanya US$ 7,3 juta.
Grafik: Perbandingan Pendapatan dan Laba DOID
Sumber: Bareksa.com
Sementara itu, dari sisi rasio utang terlihat Delta Makmur bisa mengelola dengan baik. Padahal sejak dulu, tingginya utang Delta Makmur telah menjadi perhatian para investor. Sejak masuknya Northstar dan perubahan haluan bisnis dari properti ke kontraktor tambang pada 2008-2009, perusahaan memiliki utang yang relatif cukup besar. Pada 2009, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) perseroan mencapai 31,79 kali.
Namun sejak 2013, rasio ini cenderung turun dan pada akhir kuartal I 2017 DER perseroan berada di level 4,75 kali.
Grafik: Rasio Total Utang Terhadap Ekuitas (DER)
Sumber: Bareksa.com