Pasca Terkena Aksi Boikot 212, Sari Roti Berencana Terbitkan Saham Baru

Bareksa • 07 Jul 2017

an image
Gerai "Sari Roti" disalah satu fair (Company)

Perseroan mencatat penurunan pendapatan sebesar 1,3 persen menjadi Rp 602 miliar di kuartal I 2017

Bareksa.com - Emiten produsen Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) berencana untuk melakukan penawaran umum terbatas (PUT) I dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (right issue). Perusahaan yang sebelumnya terkena imbas aksi boikot peserta demonstrasi 212 tersebut menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada hari ini, Jumat, 7 Juli 2017.

Direktur Independen Nippon Indosari Alex Chin, mengatakan dana hasil rights issue akan digunakan untuk ekspansi pembangunan pabrik baru. “Seluruh dana yang diperoleh dari PUT I ini akan digunakan untuk membiayai pembangunan pabrik-pabrik baru, khususnya di luar Pulau Jawa, serta Filipina," ujar Alex, di Jakarta, tanpa merinci target perolehan dana right issue.

Menurut Alex, rencana pengembangan fasilitas produksi tersebut sejalan dengan upaya perusahaan memastikan pertumbuhan yang berkesinambungan. Langkah itu guna merealisasikan visi perseroan menjadi salah satu produsen roti terbesar di Asia Tenggara. “Serta menjadikan Sari Roti lebih dekat dengan konsumen," kata Alex.

Perseroan mengklaim aksi korporasi ini juga akan membuka semakin banyak lapangan kerja baru di seluruh rantai suplai. Dia mengharapkan upaya tersebut bisa turut membantu perekonomian Indonesia. Sayangnya, dia kembali merinci nilai investasi untuk kebutuhan investasi tersebut. "Tunggu saja di prospektus," Investor Relation Nippon Indosari, Sherly menambahkan.

Sebagai tambahan informasi, Sari Roti sempat menjadi trending topic pasca aksi 212 akhir tahun lalu. Saat itu, banyak netizen menyerukan aksi boikot terhadap produk Sari Roti. Isu itu ternyata cukup berdampak ke kinerja Nippon Indosari, khususnya periode tiga bulan pertama tahun ini.

Dalam laporan keuangannya, perseroan mencatat penurunan pendapatan sebesar 1,3 persen menjadi Rp 602 miliar di kuartal I 2017 dari periode sama tahun lalu Rp 610 miliar. Yang paling parah, perseroan mengalami penurunan laba 65,35 persen dari Rp 86,34 miliar di kuartal I 2016 menjadi Rp29,92 miliar di kuartal I 2017. (K02)